JAKARTA, Teritorial.com – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. [WIKA] menghelat Forum Engineering (Foreng 10) dengan tajuk utama, ‘Future Solution for Lifecycle Construction’ di Telkom Landmark Tower Jakarta. Pemerintah menyatakan pentingnya sinergi tiga pilar yaitu: sektor pemerintah, industri dan pendidikan dalam kaitannya dengan percepatan transformasi digital di Indonesia. Salah satu caranya melalui BIM (Building Information Modelling).
“Pada beberapa tahun terakhir, Pemerintah mendorong infrastruktur secara masif. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah breakthrough yang mampu mengintegrasikan seluruh sumber daya, Pemerintah – Industri – Perguruan Tinggi dengan cara yang jauh lebih akurat, lebih cepat, dan lebih mudah. BIM inilah yang kemudian menjadi tools untuk menjembatani goals itu,” terang Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (12/11/2019).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Wijaya Karya, Tumiyana, mengatakan bahwa sebagai sebuah seperangkat teknologi, BIM mampu menjembatani konsep perencanaan, perhitungan analisis disain, pemodelan dalam bentuk 3 dimensi, proses anggaran dan biaya, schedulling proyek, sampai pelaksanaan pembangunan di lapangan.
“Dalam dua tahun terakhir, BIM WIKA berhasil mendapat pengakuan dari dunia internasional atas segala effort, kinerja dan performa BIM yang luar biasa. Kami berhasil menjadi implementator BIM terbaik di dunia untuk kategori, “Going Digital Advancements in Bridges & Environmental Engineering,” terang Tumiyana.
Forum Engineering adalah agenda forum yang diselenggarakan secara rutin oleh WIKA setiap tahun, untuk menyampaikan, mengelaborasikan, dan mengkaji implementasi teknologi terbaru dalam dunia konstruksi pada proyek infrastruktur, dalam kaitannya dengan knowledge management ilmu keteknikan.
Pada penyelenggaraan yang memasuki tahun ke-10, WIKA mengangkat BIM sebagai tema besar utamanya. Ketua Pelaksana Foreng 10-BIM, Hendrico mengatakan bahwa dengan BIM, subjek yang terlibat dalam suatu proyek dapat bekerja secara kolaboratif dan, mengoptimalkan produktivitas SDM sehingga kegiatan proyek berjalan cepat, tepat, akurat, efektif dan efisien selama proses umur siklus bangunan (building lifecycle).
“Selain itu, BIM juga dapat membuat efisiensi yang sangat signifikan dari sisi kalkulasi biaya dan waktu pelaksanaan proyek, karena data desain (pra-konstruksi) menjadi sangat detail dan akurat dibandingkan cara hitung konvensional,” tambah Hendrico.
Pada event kompetisi infrastruktur global tahunan bergengsi, yang berlangsung selama 21-24 Oktober 2019, WIKA yang diwakili oleh Fery Safaria dan Rizky Yusuf Ramadhan berhasil memaparkan dengan gamblang Proyek Design and Build Harbour Road 2 yang memiliki kompleksitas, konsistensi dan kontinyuitas inovasi, efisiensi serta kemandirian BIM yang implementatif guna mengembangkan solusi.
Hasilnya, WIKA berhasil mengungguli 2 finalis dari Italia, Italfer S.p.A dan Shenzen Municipal Design & Research Institute, co, Ltd., dari Tiongkok. Sebagai informasi, ajang International Year of Infrastructure 2019 ini diikuti oleh 60 negara di dunia, 440 organisasi dan 571 nominasi proyek.
Prestasi juara 1 yang ditorehkan WIKA pada ajang International Year in Infrastructure 2019 adalah kali kedua dalam dua tahun terakhir. Pada ajang yang berlangsung di Inggris tahun 2018 lalu, WIKA menjadi wakil Indonesia pertama yang berhasil masuk nominasi sekaligus tampil sebagai pemenang kategori Environmental Engineering untuk penerapan Building Information Modelling (BIM) di proyek perencanaan penanggulangan bencana longsor di Bogor serta kategori Bridges untuk penerapannya pada proyek pembangunan Flyover Teluk Lamong.
Pengakuan dari perusahaan global sekelas Bentley, menunjukkan bahwa BIM saat ini telah memainkan peran penting bagi keberhasilan proyek WIKA. Penerapannya terbukti mampu memberikan perencanaan yang lebih akurat dan menghasilkan efisiensi dari segi waktu pengerjaan maupun biaya.