Yogyakarta, Teritorial.com – Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) seperti tak kehabisan akal untuk ambil bagian dalam mengatasi persoalan sampah yang kini kian pelik. Memanfaatkan sampah di sekitar kampus seperti plastik dan oli bekas yang dicampur sekam padi, mereka membuat batako yang mampu meminimalisir dampak gempa bumi.
Ketiga orang pemuda dan dua orang pemudi, nampak perlahan menyiapkan sejumlah bahan-bahan, mulai dari pasir hingga semen. Dari bahan-bahan yang disiapkan dan cetakan besi yang terlihat, kelimanya nampak akan membuat batako.
Awalnya tiada yang ganjil. Namun saat sekam dimasukkan dalam adonan, disusul sampah plastik dan oli, membuat orang yang melihat kemungkinan bakal bertanya “batako macam apa ini yang dicampur sampah dan oli.” Akan tetapi ketika dijelaskan, yang mendengar pasti akan terkesima, menyaksikan batako yang mendaur limbah dan mampu meminimalisir dampak gempa ini diproduksi.
Mereka ialah Mohammad Ridwan, Yohanes Mario Putra Bagus, Shafa Zahra Aulia, Ratri Dwiyanti dan Rakha Faiq Muyassar mahasiswa UGM yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) pencetus ide EnviroBlock ini. EnviroBlock merupakan batako interior dari sampah plastik dengan agregat limbah sekam padi dan oli bekas.
Komposisi sampah, oli bekas dan sekam padi yang dicampur jelas bukan asal-asalan mereka pilih dalam meracik batako ramah lingkungan ini. Butuh waktu setidaknya berbulan-bulan bagi Mario dan rekan-rekannya untuk melakukan riset hingga dipilihnya ketiga limbah tersebut dalam racikan batako.
Dari segi material, limbah oli bekas dan sekam padi jelas punya fungsinya tersendiri. Kombinasi plastik, sekam padi dan oli bekas ini seperti membentuk segitiga fungsional yang saling terikat. Oli yang mengandung logam berat diatasi dengan sekam padi yang dapat menyerap logam berat. Sementara oli bekas punya fungsi sebagai pengikat zat berbahaya pada sampah plastik yang dicampur dalam adonan batako.
“Limbah sekam padi memiliki kekuatan kadar kalsium oksida yang tinggi dan oli menjadi pengikat dari berbagai zat-zat berbahaya yang ditimbulkan dari sampah plastik,” terang Mario pada Senin (8/7/2024) di UGM.
Komposisi perbandingan antara semen dan pasir satu banding enam. Kemudian limbah plastik yang digunakan sebesar 25 persen dari volume pasir, sekam padi 10 persen dan oli bekas sebesar 1-3 persen. “Persentasenya ini kami sudah melewati beberapa tahap riset, pembacaan dan uji coba,” tegasnya.
Limbah plastik yang digunakan dalam pembuatan batako berasal dari TPS Grafika yang ada di Fakultas Teknik UGM. Oli-oli bekas diperoleh Mario dan rekan-rekannya di bengkel kendaraan bermotor di sekitar kampus.
“Kami di sini ingin berkontribusi dan memiliki keprihatinan terhadap pengelolan sampah khususnya permasalahan sampah yang ada di Jogja, karena kebetulan beberapa tempat pembuangan sampah mengalami overload atau over capacity,” ungkapnya.
Sudah ramah lingkungan dan memanfaatkan sampah di sekitar, EnviroBlock juga punya keunggulan dari segi desain. EnviroBlock menggunakan desain interlocking yang mampu meminimalisir kerusakan bangunan saat terjadi gempa bumi.
“Untuk melakukan mitigasi dampak gempa bumi secara arsitektural bangunan, kemudian kami berpikir bagaimana ingin meminimalisir dampak gempa tersebut melalui inovasi interlocking. Karena adena inovasi interlocking mampu manahan gaya lateral yang sering kali batako pada umumnya yang hanya kuat di gaya aksial,” tegasnya.
Bila menggunakan desain batako konvensional, saat terjadi gempa bumi akan mudah terjadi patahan atau retakan pada batako tersebut. Dengan desain interlocking kerusakan struktur tersebut dapat diminimalisir.
“Interlocking ini menjadi sesuatu metode yang tepat untuk mengembangkan batako di samping keberlanjutan lingkungan,” ungkapnya.
Setidaknya ada empat jenis batako yanh diproduksi EnviroBlock yang tak hanya kuat dari segi material namun juga punya nilai estitka visual tinggi dalam arsitektur bangunan. Empat jenis batako tersebut meliputi EnviroBlock Struktural, EnviroBlock Roster-A, EnviroBlock Roster-B dan EnviroBlock Roster-C.
“Di samping dari kebermanfaatannya kami juga menonjolkan inovasi terkait visualisasinya. Jadi kebanyakan konsumen kami untuk bangunan rumah yang ada di depannya,” kata Mario.
Dibandingkan dengan kompetitornya, EnviroBlock menang di beragam indikator. Jika dibandingkan dengan batako konvensional yang dibuat dari campuran seman dan pasir juga batako plastik, EnviroBlock unggul dalam sisi green and renewable karena menggunakan tiga agregat limbah. Sementara batako plastik hanya memanfaatkan satu jenis limbah dan batako konvensional yang sama sekali tidak mendaur limbah.
Pada indikator kekuatan tekan, EnviroBlock diklaim punya struktur lebih solid dan ikatan yang kuat dibandingkan dua jenis batako lainnya. Batako konvensional hanya bergantung pada campuran semen, sedangkan batako dengan campuran plastik saja kurang memperkuat daya tekan.
Selain itu dari sisi daya serap, EnviroBlock punya daya serap yang lebih rendah sehingga membuat lebih rigid. Pada indikator ini EnviroBlock lebih unggul ketimbang batako konvensional.
“Jadi di sini kami ingin lebih berkontribusi terhadap pengelolaan sampah plastik, limbah sekam padi yang sering kali menjadi masalah ketika pasca panen dan juga oli bekas yang setiap hari akan bertambah seirimh bertambahnya kendaaraan yang ada di Indonesia terutama di Jogja,” kata Mario.
Karena masih berskala kecil, jumlah batako yang mampu dihasilkan per satu harinya baru mencapai sekitar 120 buah batako. Jumlah ini pun sudah turut termasuk dua karyawan part time yang diberdayakan oleh tim.
Anggota tim lainnya, Ratri Dwiyanti mengungkapkan saat ini sudah 135 pak EnviroBlock yang dipesan oleh para konsumen. Jumlah itu setara 1.620 unit batako yang sudah diborong konsumen.
Dari segi harga EnviroBlock paling murah dibandingkan dengan batako konvensional maupun batako plastik. EnviroBlock hanya dibanderol Rp5.300 per unit, sementara batako konvensional dijual di rentang harga Rp4000-6000 per unit dan batako plastik di kisaran Rp6000-8000 per unit.
Karena banyaknya pesanan dalam bentuk pak, tim pun membuat harga paket per pak. Satu pak EnviroBlock berisi 12 batako dihargai Rp63.600.
“Produk yang kami tawarkan ini selain dengan harganya yang lebih murah, lebih affordable tetapi juga menawarkan kualitas yang tentunya lebih baik dan juga lebih unggul dari pada batako-batako yang ada di pasaran,” tegasnya.