Ponorogo, Teritorial.com – Desa Karangpatihan, Kabupaten Ponorogo, kini mulai terbebas dari sebutan “Kampung Idiot” yang telah melekat sejak tahun 2008. Julukan tersebut bermula dari tingginya angka penyandang tunagrahita atau disabilitas intelektual yang mencapai lebih dari 300 warga.
Kondisi geografis desa yang sebagian besar merupakan lahan pertanian sawah tadah hujan menjadi salah satu faktor utama permasalahan tersebut. Karena keterbatasan akses air, kondisi ini berdampak buruk terhadap hasil pertanian.
Namun, upaya dari berbagai pihak telah membuahkan hasil positif. Data terkini menunjukkan bahwa jumlah penyandang tunagrahita di desa ini kini menurun drastis menjadi 98 orang.
Peran Babinsa dalam Transformasi Desa
Bintara Pembina Desa (Babinsa) Karangpatihan, Sertu Aris Mulyono, menyatakan bahwa perbaikan kondisi desa tidak dapat dilepaskan dari kemajuan sektor pertanian yang didukung kerja keras berbagai pihak.
“Selain didukung dengan berbagai bantuan seperti pembuatan sumur bor, kami sebagai Babinsa bersama Pemerintah Desa juga aktif terjun langsung mendampingi para petani. Termasuk dalam penyediaan pupuk bersubsidi dan penyediaan bibit,” ujar Aris saat ditemui di Desa Karangpatihan, Rabu (9/7/2025).
“Alhamdulillah, sejak tahun lalu desa ini sudah tidak disebut lagi sebagai Kampung Idiot,” tambahnya.

Batik Ciprat Tembus Pasar Internasional
Selain sektor pertanian, kemajuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) batik ciprat turut berperan dalam transformasi desa. Produk yang dihasilkan para penyandang tunagrahita ini telah menembus pasar nasional dan internasional.
“Saat ini batik ciprat buatan para penyandang tunagrahita telah banyak dikirim ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan juga dipasarkan hingga Malaysia dan Inggris,” terang Aris.
Perkembangan kedua sektor tersebut dinilai berdampak luas terhadap peningkatan kesejahteraan warga Desa Karangpatihan dan berbanding lurus dengan penurunan angka penyandang tunagrahita di wilayah tersebut.
Sinergi Pemerintah Desa dan TNI
Kepala Desa Karangpatihan, Eko Mulyadi, mengapresiasi peran aktif Babinsa dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pria yang menjabat sejak 2013 ini menekankan pentingnya sinergi dalam setiap program pembangunan desa.
“Peran Babinsa (Sertu Aris) luar biasa dan sangat berperan. Karena setiap pembinaan kita selalu bekerja sama dan Babinsa mendampingi kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang ada di desa, khususnya pemberdayaan warga,” kata Eko.
Pemerintah Desa melibatkan Babinsa dalam setiap program desa dan berbagai kegiatan lainnya, bahkan sejak tahap perencanaan. Pendekatan integratif ini terbukti efektif dalam mencapai target pembangunan desa.
Program Pemberdayaan Komprehensif
Eko mengungkapkan bahwa Pemerintah Desa saat ini fokus melakukan berbagai program pemberdayaan. Salah satunya adalah penguatan ekonomi dengan memberikan pelatihan sekaligus modal usaha kepada para penyandang tunagrahita.
Program tersebut meliputi pengembangan usaha peternakan ayam, peternakan kambing, kerajinan keset, dan batik ciprat yang menjadi produk unggulan desa.
Selain pemberdayaan ekonomi, Pemerintah Desa juga menyelenggarakan pembinaan kecakapan hidup untuk meningkatkan kemampuan penyandang tunagrahita dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mulai dari menjaga kebersihan, memasak, hingga merawat anak.