TERITORIAL.COM,JAKARTA – Macet parah di Jalan TB Simatupang masih menjad pemandangan rutin setiap pagi dan sore. Sejak Agustus lalu, kemacetan ini semakin terasa di beberapa titik, khususnya saat jam sibuk, yakni jam berangkat kantor serta pulang kantor, meskipun pemerintah sudah mengerahkan berbagai langkah untuk mengurai volume kendaraan yang semakin tak terkendali.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, pernah terjun langsung merasakan sendiri kondisi buruk lalu lintas di TB Simatupang tanpa pengawalan. “Untuk TB Simatupang memang problemnya karena ada proyek strategis nasional (PSN), itu proyek pemerintah pusat dan keluhannya memang berkepanjangan. Saya Sabtu kemarin sengaja tidak dikawal, hanya berdua dengan sopir untuk ngecek sendiri, dan memang parah banget,” kata Pramono di Balai Kota, Rabu (20/8).
Pengalaman itu semakin mendorong pemerintah untuk mencari solusi cepat nan efektif. Berikut rangkaian strategi yang sudah dan sedang dijalankan.
1. Alih Fungsi Trotoar
Trotoar di beberapa area, terutama di dekat Cibis Park, akan dialihfungsikan untuk memperlebar badan jalan. Kerja sama antara Dinas Perhubungan (Dishub) dan Dinas Bina Marga DKI telah dilakukan agar jalur kendaraan setidaknya kembali menjadi dua lajur di titik-titik yang kini menyempit karena proyek galian.
“Kami dengan Dinas Bina Marga akan mengambil sedikit trotoar, khususnya di TB Simatupang area Cibis Park, sehingga lebar lajur lalu lintas paling tidak bisa kembali dua lajur,” kata Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo di Balai Kota, Kamis (21/8) lalu.
Meski demikian, aspek keselamatan pejalan kaki tetap diproritaskan. Trotoar tak akan dihilangkan sepenuhnya, hanya dilakukan penyesuaian desain agar aman dan tetap bisa dipakai. Pejalan kaki tetap dijamin keselamatan dan kenyamanannya.
2. Rekayasa Lalu Lintas
Per 15 September 2025, Dishub DKI melakukan rekayasa lalu lintas di segmen antara Simpang Fatmawati dan Lebak Bulus, khususnya pada jam pulang kantor (17.00-20.00 WIB), untuk mengurangi kemacetan. Beberapa poin penting:
- Satu lajur paling kiri dari Gerbang Tol Fatmawati 2 dibuka tanpa biaya bagi kendaraan roda empat yang menuju off ramp Lebak Bulus.
- Kendaraan roda dua atau lebih dari empat tidak diperbolehkan menggunakan lajur tol gratis tersebut.
- Beberapa akses dan u-turn ditutup atau dialihkan, agar arus lalu lintas tidak saling bersinggungan dan mengakibatkan bottleneck. Misalnya akses dari lajur kiri ke kanan sebelum Poins Square ditutup; u-turn Timur-Timur dan Barat-Barat juga dialihkan ke titik lainnya seperti u-turn Ciputat Raya dan simpang susun Antasari.
3. Gerbang Tol Fatmawati Dibuka Gratis
Sebagai langkah darurat untuk meredam antrean di Fatmawati ke Lebak Bulus, Pemerintah Provinsi membuka satu lajur di Gerbang Tol Fatmawati 2 secara gratis selama jam lalu lintas sore hari. Gerbang ini diharapkan membantu mendistribusikan kendaraan agar tidak semua masuk ke jalur utama TB Simatupang.
“Masyarakat dari Jalan Fatmawati yang akan menuju Lebak Bulus, selain menggunakan jalan eksisting, dapat juga menggunakan tambahan satu lajur paling kiri dari gerbang tol Fatmawati 2 dan tanpa dipungut biaya,” kata Syafrin Liputo.
4. Deadline Proyek Galian: Akhir Oktober
Akar masalah kemacetan tersebut tidak hanya karena volume kendaraan, tetapi banyak proyek strategis seperti galian saluran air bersih, limbah, pembangunan complete street, yang membuat badan jalan menyempit. Pramono meminta agar semua proyek galian besar selesai paling lambat akhir Oktober 2025 agar ruas-ruas jalan bisa kembali normal.
“Saya juga sudah merapatkan secara khusus, baik itu PAM Jaya Paljaya, kemudian sumber daya air, Bina Marga, semuanya saya minta paling lama akhir Oktober sudah selesai semua,” tuturnya.
“Sehingga dengan demikian, kalau ini sudah selesai, maka ini akan bisa menyelesaikan persoalan kemacetan yang betul-betul terjadi di Simatupang,” lanjut dia.
5. Suara Warga dan Usulan Tambahan
Masyarakat sudah merasa lelah. Beberapa warga mengusulkan agar Pemprov DKI menerapkan metode ganjil-genap di TB Simatupang sebagai alternatif. Usulan ini muncul karena mereka merasakan bahwa langkah-langkah seperti rekayasa lalu lintas dan pembukaan lajur tol gratis dianggap masih belum cukup.
Seorang pengemudi ojek online mengatakan bahwa meskipun gerbang tol dibuka tanpa pungutan, kepadatan kendaraan tak kunjung reda. Banyak kendaraan tetap memilih jalur alternatif atau tetap memadati jalur utama.