Daerahku Headline

Ditemukan Masih Memakai Mukena, Kisah Erik Mencari Ibunya Saat Banjir Sumbar

Warga mengevakuasi korban longsor yang hanyut di Sungai Batang Anai, Nagari Anduriang, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (29/11). (Dok. Antara Foto/Beni Wijaya)

TERITORIAL.COM, JAKARTA – “Mama saya meninggal dalam keadaan salat. Mayatnya ditemukan masih menggunakan mukena,” kata Erik Andesra, Minggu (30/11), dengan suara bergetar. Ia menceritakan bagaimana pencarian panjangnya tidak hanya untuk sang ibu, tetapi juga untuk anggota keluarganya yang hilang ketika bencana galodo menerjang.

Bagi Erik, kepergian sang ibu, Ernita (58), terasa tak tertahankan.

Sebelum banjir bandang menggulung kampungnya di Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Erik sebenarnya berencana berangkat bekerja ke Pasaman. Namun, sang ibu tak mengizinkan, lantaran hujan deras terus mengguyur.

Ia baru boleh pergi pada 27 November 2025. Ironisnya itu pula hari dimana bencana datang, menghantam daerah tempat tinggal sang ibu.

“Tanggal 24 saya minta izin untuk pergi ke Pasaman untuk bekerja kepada mama. Karena cuaca sering hujan, saya tidak diizinkan pergi dan baru boleh berangkat pada tanggal 27,” ujar Erik.

Detik-detik saat bencana datang

Erik menceritakan bahwa rumah sang ibu berada sekitar 8 kilometer dari tempat ia tinggal.

Pada saat menuju ke rumah ibu, ia mendapati jalan sudah terendam air dan lumpur, sungai tampak meluap, batu besar terbawa arus, seluruh lingkungan berubah kacau.

Saat sampai di persimpangan, ia sudah tidak bisa melihat rumah sang ibu, tanah longsor dan arus membuat rumah hancur tak berbentuk.

“Setelah menunggu beberapa menit, saya dapat kabar bahwa mama saat itu masih berada di dalam rumah dan rumah sudah hancur oleh air,” ujar Erik. Dia pun berlari ke titik lokasi, berharap dan berdoa.

Hatinya melemah, tapi tetap bertahan dengan keyakinan sang ibu mungkin bisa selamat.

Hari itu, ia terus berkeliling. Setiap jenazah yang ditemukan, ia selalu melihat, berharap itu sang ibu.

Tak hanya sang ibunda, kabar hilang juga dialami adik dan tiga keponakannya, korban banjir yang sama. Suasana duka menyelimuti keluarganya.

Keesokan hari, sebuah foto masuk, seorang keponakan ditemukan sekitar 7 kilometer dari rumah, sudah dalam kantong jenazah.

Dengan pilu, Erik mengantarkannya ke Gumarang, tempat nenek mereka berada, yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari lokasi penemuan jenazahnya.

“Karena ibu dan ayahnya terisolasi saat itu, mereka tidak bisa melihat jenazah anaknya, dan meminta saya untuk mengantarkannya ke tempat neneknya di arah Gumarang” ungkap Erik.

Kesulitan akses, lumpur tinggi, upaya penyelamatan

Korban tidak hanya terbatas pada keluarga Erik. Banyak warga di jorong Nagari Salareh Aie Timur, yang termasuk daerah dampak terparah, mengalami isolasi.

Akses jalan terputus, lumpur tinggi hingga dada orang dewasa, kondisi rumah hancur, dan bantuan sangat minim.

Relawan dan warga, termasuk sepupu Erik, Darul, berusaha keras menembus lumpur, membawa sisa logistik seadanya bagi mereka yang terisolasi.

“Dia yang akhirnya bisa sampai ke sini dengan menelusuri lumpur setinggi dada hingga akhirnya bisa memberikan bahan makanan seadanya untuk keluarga di sini,” ungkap seorang anggota keluarga yang terisolasi.

Seorang warga yang terluka parah juga berhasil dievakuasi oleh Erik bersama teman-teman dan keluarganya setelah menerjang lumpur yang cukup dalam kemudian dibawa dengan mobil Satbrimob, dan dilanjutkan mobil ambulans.

Beberapa warga membuat jembatan darurat dari pohon pinang, dengan bantuan tali, agar akses ke lokasi yang terkubur bisa dilewati dan evakuasi bisa dilakukan.

Karena pencarian manual tak membuahkan hasil, pada Sabtu malam (29/11/2025), Erik akhirnya nekat menyewa alat berat untuk menyisir puing-puing rumah orang tuanya.

“Saya coba nego dengan pemilik alat beratnya dan akhirnya dia izinkan dan bersedia untuk membantu mencari mama di puing-puing rumah yang saya curigai sejak awal,” ungkap Erik.

Namun malam itu, usaha sia-sia, lumpur pekat, reruntuhan, dan air yang tak menentu membuat pencarian berisiko. Ia pun memutuskan menghentikan sementara.

Penemuan jenazah dan penghormatan terakhir

Keesokan paginya, dengan bantuan tim dari BASARNAS, pencarian dilanjutkan.

Setelah sekitar 3 jam bekerja di reruntuhan, akhirnya jenazah sang ibu ditemukan, terkubur di antara puing rumah yang hancur.

Erik mengenang dengan pilu. Jenazah sang ibu ditemukan masih menggunakan mukena, jelas menunjukkan sang ibu memang sedang salat ketika banjir menerjang.

“Jasad mama tidak ada yang luka, kaki mama juga masih bisa diluruskan. Saya juga bisa melipatkan tangan mama bagaimana selayaknya,” ujar Erik.

Begitu ditemukan, jenazah langsung dibawa ke musala terdekat (sekitar 1 kilometer) untuk pengurusan jenazah, kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga.

Bagi keluarga Erik, ini bukan jenazah “temuan” dari tim besar, melainkan dari pelukan tangan keluarga sendiri, penuh kehormatan.

Dampak Banjir Bandang di Sumbar: Angka yang terus bertambah

Korban dari kejadian di Sumatera Barat sungguh besar. Menurut data terkini dari BPBD Sumbar, hingga Minggu (30/11/2025), tercatat 129 orang meninggal dunia dan 86 orang masih hilang. Sekitar 110.616 jiwa atau 19.360 keluarga terpaksa mengungsi.

Daerah paling parah terdampak adalah Kabupaten Agam, termasuk wilayah Palembayan, dengan 87 orang meninggal dan 76 lainnya hilang.

Bencana ini melanda banyak kabupaten/kota, dari Padang, Padang Panjang, Padang Pariaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Solok, hingga Bukittinggi.

Ribuan rumah rusak, akses jalan dan jembatan terputus, banyak fasilitas umum hancur.

Pejabat setempat menyebut bahwa bencana ini merupakan salah satu yang paling besar dalam beberapa tahun terakhir.

Kayla Dikta Alifia

About Author

You may also like

Daerahku

Kementerian Pertahanan Tinjau Pembangunan Kawasan Perbatasan Di Kalbar

Kalimantan Barat, Teritorial. Com – Kementerian Pertahanan dalam hal ini Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan, pada tanggal 23 sampai dengan 25
Daerahku

Satgas Yonif PR 432 Kostrad Jaga perbatasan RI-PNG

Papua Barat, Teritorial.com- Prajurit Satgas Yonif PR 432, akhir november tiba desember awal langsung menempati jajaran pos sepanjang perbatasan sekotr