TERITORIAL.COM, JAKARTA – Aktivitas vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat kembali meningkat. Gunung api aktif tersebut mengalami erupsi pada Selasa (2/12/2025) sekitar pukul 10.34 WIB.
Letusan ini memicu hujan abu vulkanik yang terbawa angin hingga menyelimuti sejumlah kawasan di Kabupaten Agam.
Dampak guyuran abu dirasakan cukup signifikan oleh warga di Kecamatan Baso dan sekitarnya.
Amril, seorang warga Sungai Angek, mengungkapkan bahwa abu letusan kali ini cukup pekat hingga mengganggu jarak pandang.
”Abu letusan sampai ke daerah kami di Baso, cukup mengganggu penglihatan dan sudah diimbau memakai masker,” ungkap Amril, Selasa siang.
Tidak hanya di Baso, sebaran abu juga dilaporkan terjadi di sisi utara dan timur laut gunung, tepatnya di Kecamatan Canduang. Romi Poslah, warga setempat, menuturkan bahwa abu vulkanik terlihat jelas menempel pada kendaraan warga.
”Banyak abu beterbangan dan menutup kendaraan saya yang terparkir,” kata Romi.
Berdasarkan data dari Pos Pengamanan Gunung Api (PGA) Marapi, erupsi ini terekam jelas di seismogram. Letusan tercatat memiliki amplitudo maksimum 30,3 mm dengan durasi kurang lebih 51 detik.
Namun, petugas PGA belum dapat memastikan ketinggian kolom abu yang terlontar dari kawah. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca di sekitar puncak gunung yang tertutup kabut tebal saat erupsi terjadi.
Petugas PGA, Ahmad Rifandi, menegaskan bahwa saat ini Gunung Marapi masih berada pada Status Level II (Waspada).
Terkait kondisi ini, pihak berwenang mengeluarkan rekomendasi tegas agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 3 kilometer dari pusat erupsi.
Selain bahaya lontaran material pijar, Ahmad juga mengingatkan adanya ancaman sekunder berupa banjir lahar, terutama saat hujan turun.
”Masyarakat diminta mewaspadai potensi bahaya lahar, terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan lembah dan bantaran sungai yang berhulu di puncak Marapi,” jelas Ahmad.
Sebagai langkah antisipasi kesehatan, warga yang terdampak hujan abu sangat disarankan untuk disiplin menggunakan masker demi menghindari risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
(*)

