TERITORIAL.COM, JAKARTA — Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, menyebut bencana banjir dan tanah longsor yang menimpa Aceh sebagai “tsunami kedua” yang menghantam wilayah tersebut.
Data terkini dari Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh pada Senin (1/12/2025) menegaskan bahwa total korban meninggal dunia mencapai 173 orang, sementara 204 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Bencana ini melumpuhkan 18 kabupaten/kota, membuat lebih dari 1,4 juta jiwa terdampak, dan mendorong 443.001 orang mencari perlindungan di 828 lokasi pengungsian.
Detik-detik 83 Rumah Hanyut
Di Desa Bunin, Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Bukhari Muslim, seorang warga setempat, menggambarkan kengerian saat air bah tiba.
“Tiba-tiba air besar datang membawa kayu-kayu besar, kami langsung lari menyelamatkan diri meninggalkan rumah,” jelas Bukhari, saat mengingat bahwa suara banjir datang seperti gemuruh dari atas gunung.
Banjir yang sangat deras itu menyapu bersih puluhan rumah hingga hanya menyisakan fondasi, serta mengakibatkan 83 rumah warga hilang terseret banjir.
Hal ini mengakibatkan banyaknya warga yang kehilangan tempat tinggal hingga menghadapi kelaparan, penyakit, dan sama sekali tidak memiliki harta benda yang tersisa.
Empat Kampung Hilang
Gubernur Muzakir Manaf mengakui ia sampai menitikkan air mata menyaksikan kehancuran ini, saat menyatakan bahwa empat kampung hilang sepenuhnya.
“Empat kampung gak tau entah ke mana, yaitu Sawang, Jambo Aye, juga Bireuen, Peusangan. Jadi, Aceh sekarang seperti tsunami kedua,” tegas Muzakir.
Maka dari itu, prioritas utama pemerintah berfokus pada pembukaan akses darat secara cepat agar logistik dapat menjangkau desa-desa yang terisolasi dan melayani para korban.
Kendala Pemulihan dan Kerugian Infrastruktur
Kepala Pelaksana BPBD Aceh Timur, Ashadi, menjelaskan bahwa timnya menemukan kendala besar dalam pendataan di wilayah pedalaman.
Banyak titik jalan terputus dan jembatan ambruk sehingga menghambat upaya pemulihan. Secara umum, bencana ini menghancurkan infrastruktur vital di seluruh Aceh.
Data menunjukkan bahwa banjir dan longsor merusak 77.049 rumah, 302 titik jalan, dan 152 titik jembatan. Selain itu, kerugian juga mencakup 139.444 hektare sawah dan 12.012 hektare perkebunan.
Saat ini, petugas memusatkan upaya tanggap darurat selama 14 hari pada tiga prioritas yaitu, mengevakuasi warga terisolir, mendistribusikan bantuan logistik, dan memulihkan konektivitas wilayah.

