Jakarta, Teritorial.Com – Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting. Selain menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, pertanian juga merupakan sektor penggerak perekonomian terutama di pedesaan. Ini dapat dilihat dari sebagian besar masyarakat desa yang bekerja di sektor pertanian.
Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, bahwa pada Februari 2017, penduduk Indonesia paling banyak bekerja di sektor pertanian. Sedikitnya ada 39,68 juta orang atau 31,86% dari total penduduk yang bekerja di sektor pertanian.
Dari keterangan pers, disebutkan data BPS, jumlah penduduk miskin pada September 2017 adalah 26,58 juta orang atau 10,12% dari total penduduk Indonesia. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 7,26%, sementara persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada periode yang sama adalah sebesar 13,47%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kantong-kantong kemiskinan banyak terdapat di pedesaan. Sehingga peningkatan infrastruktur pertanian melalui program padat karya merupakan salah satu solusi dalam menjawab tantangan mewujudkan ketahanan pangan nasional sekaligus upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (terutama petani) di pedesaan.
Untuk itu, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Dadih Permana mengemukakan, pihaknya sejak 2015 lebih fokus dalam melaksanakan program padat karya untuk mendukung peningkatan infrastruktur irigasi pertanian. Ini juga sekaligus upaya meningkatkan kesejahteraan petani.
“Program padat karya TA 2018 dilaksanakan sebagai upaya memenuhi kebutuhan penyediaan air irigasi pertanian melalui rehabilitasi dan peningkatan fungsi jaringan irigasi tersier serta pengembangan irigasi perpompaan,” ujar Dadih dalam keterangan persnya yang dilansir, Rabu (27/6/2018).
Dia mengatakan, peningkatan infrastruktur irigasi pertanian dilaksanakan dengan cara memberdayakan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan Kelompok Tani, mulai dari perencanaan awal sampai pelaksanaan fisik dilapangan (pelaksanaan secara padat karya).
“Program padat karya infrastruktur pertanian ini diharapkan dapat menyentuh langsung kebutuhan publik sehingga dapat memberikan kontribusi selain peningkatan produksi pertanian, juga pengentasan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja,” terang Dadih.
Lebih jauh, Dadih menjelaskan, beberapa keunggulan dari peningkatan infrastruktur irigasi pertanian melalui progam padat karya, diantaranya : (1) meningkatnya semangat partisipatif dan gotong royong; (2) harga kontruksi lebih murah dibandingkan dengan kontraktual; (3) meningkatnya rasa memiliki terhadap sarana yang dibangun; (4) meningkatnya pendapatan petani/masyarakat.
“Kegiatan program padat karya oleh masyarakat petani (P3A dan Poktan) dilakukan melalui pola transfer dana pemerintah langsung ke rekening kelompok penerima manfaat. Dana ini untuk digunakan dalam pembangunan fisik infrastruktur irigasi pertanian,” terang Dadih.
Pelaksanaan konstruksi Irigasi Pertanian sendiri dilaksanakan secara swakelola oleh P3A/Poktan secara bergotong-royong dengan memanfaatkan partisipasi dari anggotanya (Padat Karya). (SON)