Surabaya, Teritorial.Com – Setelah terjadi insiden penolakan pengibaran bendera Merah Putih di mess tempat mereka tinggal, Jalan Kalasan Surabaya. Petugas di Polres Kota Besar Surabaya menyelidiki dugaan gerakan makar oleh mahasiswa asal Papua di Surabaya. Upaya penyelidikan hingga kini terus dilakukan oleh pihak kepolisian walaupun sebelumnya telah mendapat laporan situasi telah kondusif dari warga dan aparat jaga di tempat lokasi kejadian.
Tadi malam polisi di sana menggeledah mess itu. Puluhan penghuninya lantas diangkut menggunakan truk ke Markas Polrestabes Surabaya untuk dilakukan pemeriksaan.
“Ada beberapa perkara yang kami selidiki. Salah satunya dugaan aktivitas gerakan makar di dalam mess tersebut yang terindikasi dari penolakan pengibaran bendera merah putih di depan mess mereka tadi siang,” ujar Kepala Polres Kota Besar Surabaya, Komisaris Besar Rudi Setiawan.
Selain itu, Kombes Rudi menegaskan, polisi juga menyelidiki perkara penganiayaan menggunakan senjata tajam sejenis parang yang diduga dilakukan oleh salah seorang penghuni mess terhadap seorang warga hingga terluka, menyusul terjadi insiden penolakan pengibaran bendera merah putih pada Rabu siang (15/8/2018).
Salah satu tujuan polisi menggeledah di sana untuk mencari barang bukti senjata tajam yang digunakan melukai seorang warga yang tadi siang turut menganjurkan pengibaran bendera Merah Putih di sana. Dia menjelaskan, sejumlah pemuda setempat menganjurkan mereka mengibarkan bendera Merah Putih. Ini menindaklanjuti imbauan pemerintah dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, mulai 14-18 Agustus.
Ada beberapa gabungan ormas yang terlibat bentrok dengan kelompok mahasiswa Papua antara lain, Patriot Garuda, Benteng NKRI, sampai Pemuda Pancasila (PP). “Ada salah satu anggota ormas yang tangannya terkena sabetan parang oleh salah satu mahasiswa,” kata Basuki, salah satu anggota ormas yang terlibat dalam bentrok.
Namun hingga berita ini diturunkan belum ada informasi yang valid terait alasan mengapa AMP tidak bersedia untuk mengibakan bedera merah putih jelang hari kemerdekaan RI. Jika benar adanya spekuliasi politis diantaran para mahasiswa AMP terkait keterlibatan mereka terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau gerakan makar sejenis lainnya di Papua.
Kasus ini menjadi warning keras bagi pemerintah Indonesia disaat mereka sudah mulai menunjukan eksistensi bahkan diwilayah yang jauh dari pusat pergerakan mereka di tanah Papua. Belum ada keterangan resmi dari pihak Kepolisian namun keberadaan mereka terbilang cukup mengancam bagi Indonesia terkait eksistensi pendukung para gerakan saparatisme Papua yang kini telah menyebar ditataran pelajar hingga pelajar Papua termasuk di Surabaya.