Ternate, Teritorial.com – Suhu politik jelang Pemilihan Legislatif kian memanas, wacana terkait pelarangan eks koruptor nyaleg semakin ramai diperbincangkan. Khususnya di Ternate, dari 669 orang dari 16 partai masuk dalam daftar calon tetap (DCT) untuk memperebutkan 45 kursi DPRD, empat orag diantaranya eks napi koruptor.
Kemmpatnya kiniDinyatakan lulus KPUD, dan akan naik panggung untuk nyaleg pada pilihan legislatif pada 17 April 2019 nanti.Maluku Utara sendiri memiliki lima dapil. Dapil I mencakup Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat. Dapil II mencakup Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Pulau Morotai. Dapil III mencakup Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan. Dapil IV mencakup Kabupaten Halmahera Selatan. Dapil V mencakup Kabupaten Kepulauan Sulu dan Kabupaten Pulau
Calon wakil rakyat “bekas” napi koruptor tersebut tersebar di tiga dapil yang berbeda. Dapil I terdapat Husen Kausaha dari Partai Gerindra. Dapil III terdapat tiga orang yaitu Hamid Usman dari Partai Golkar serta Ahmad Ibrahim dan Welhelmus Tahalele dari Partai Hanura. Terahir di Dapil IV Arief Rahman dari Partai Berkarya.
Perlu diketahui bahwa Gerindra secara nasional menjadi partai dengan jumlah DCT pileg paling banyak, tiga orang. Sedangkan Malut menjadi provinsi nomor wahid dengan eks koruptor paling banyak, 5 orang. Tapi warga Malut masih santai, tergantung janji kampanye dan doi (uang) yang diberikan.
Selain itu KPK beranggapan bahwa wakil rakyat tidak semestisnya melakukan korupsi. Tetapi mereka tetap menghormati putusan peradilan yang telah disampaikan oleh Mahkamah Agung. “KPK menghormati putusan peradilan, walaupun KPK sempat berharap ada aturan yang bisa menyaring wakil rakyat dari jerat korupsi.” Ujar juru bicara KPK, Febri Diansyah (21/9).
Warga Malut juga sependapat dengan KPK di mana mereka enggan untuk memilih eks koruptor. “Warga tara kalesang (tidak peduli), asal janji yang diberikan bagus dan ditepati.” Ujar Rahman dan Udi, warga Kota Ternate. Mereka berdua juga menyampaikan kepada Teritoral bahwa serangan fajar masih terjadi.
Walaupun di Jakarta panas berdebat, Malut tetap santai. “Torang tara mau (kita tidak mau) pilih koruptor, masih banyak caleg yang bersih.” Sambung Rahman dan Udi.
CR: Mardzuki Ruslan