Sumenep, Teritorial.com – Karapan sapi merupakan salah satu warisan budaya leluhur masyarakat Madura. Sebagai upaya melestarikan kebudayaan nenek moyang, Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur kembali menyemarakkan lomba karapan sapi.
Sebanyak 24 peserta karapan sapi yang berasal dari wilayah daratan dan 24 peserta wilayah Kepulauan Sumenep bertanding di arena yang berlokasi di wilayah Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Sabtu (23/9/2023).
Kejuaraan karapan sapi juga bertujuan menyeleksi 6 pemenang yang akan diikutsertakan pada ajang Piala Presiden RI se-Madura pada awal Oktober 2023 mendatang. Nantinya, pemenang lomba karapan sapi berhak berkompetisi untuk memperebutkan Piala Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Kegiatan ini bagian dari Calender of Event 2023 Kabupaten Sumenep, (sekaligus) ruang untuk mempersiapkan kompetisi karapan sapi yang nanti akan dilaksanakan se-Madura,” kata Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo Sabtu (23/9/2023).
Lomba mengundang animo besar masyarakat. Mulai para pemuda hingga orang dewasa berdatangan memadati area kejuaraan. Tepuk sorak- sorai sontak pecah manakala sapi yang dipacu masing-masing penunggang, mulai berlari kencang.
Achmad Fauzi yang akrab disapa ‘Cak Fauzi’ itu menyebut karapan sapi sebagai salah satu budaya berharga seluruh lapisan warga Pulau Garam. Ia pun berharap budaya yang ada tidak kehilangan penerus sekaligus terus hidup di setiap regenerasi masyarakat Madura.
“Ini adalah kebanggaan kita bersama. Animonya tetap harus kita bangun agar generasi muda juga dapat terlibat dalam menjaga tradisi berharga ini,” ungkapnya.
Dalam event karapan sapi kali ini Cak Fauzi mengaku telah membeli sapi sekaligus mengikutsertakannya dalam lomba. Hal itu membuktikan pemerintah tidak main-main dalam melestarikan budaya karapan sapi Madura.
“Saya sendiri memberikan dukungan penuh dalam menjaga tradisi karapan sapi ini. Saya bahkan membeli sapi dan mengikutsertakannya,” pungkasnya.
Salah seorang pemuda Desa Aengdake, Kecamatan Bluto, Sumenep bernama Akhmad Afandy, mengaku terhibur dengan kejuaraan karapan sapi yang digelar Pemerintah Kabupaten Sumenep.
Fandy juga bercerita jika karapan sapi sebelumnya sempat berhenti. Ia pun merasa bersyukur tradisi lokal itu kembali hidup. Pada event kompetisi kali ini Fandy melihat banyak peserta karapan sapi yang berasal dari kalangan pemuda.
Hal itu berbeda dengan yang berlangsung sebelumnya, di mana peserta karapan sapi lebih banyak datang dari kalangan orang dewasa. Fandy berterima kasih kepada pemerintah yang kembali mengaktifkan salah satu budaya khas Madura. “Saya bersama teman-teman lainnya begitu antusias mengikuti rentetan kompetisi karapan sapi ini. Di Bluto, secara khusus, gelaran-gelaran karapan semacam ini memang selalu dinanti-nanti,” tuturnya.