Jakarta, Teritorial.com – Syahnagra Ismail termasuk seniman senior yang tetap eksis sampai sekarang. Ia masih aktif berpameran lukisan, baik pameran tunggal maupun pameran bersama bahkan menggelar pameran di luar negeri.
Sebagai Ketua Balai Budaya Jakarta, Syahnagra cukup gigih untuk membuat berbagai kegiatan. Pengalamannya menjadi Ketua Himpunan Pelukis Muda Jakarta (Hipta), dan Sekretaris I Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Periode 1996-2011, cukup menjadi bukti, Dia mampu membuat Balai Budaya Jakarta menjadi lebih baik.
“Balai Budaya ini tempat penuh sejarah, dan cerita yang menarik tentang perjuangan,” kata Syahnagra Ismail, Ketua Balai Budaya Jakarta, dalam diskusi budaya Indonesia dalam Perhelatan Dunia bertema Kebudayaan Sebuah Diplomasi, Sabtu (25/8/2018).
Lelaki kelahiran Teluk Betung, 18 Agustus 1953 itu menyebut, awal sejarah Balai Budaya, berawal dari keberadaan BMKN (Badan Musyarakat Kebudayaan Nasional).
Balai Budaya diresmikan oleh Muhammad Yamin, dan disaksikan oleh banyak tokoh pejuang dan seniman. “Bung Karno sering hadir di Balai Budaya, membuat seniman tetap semangat berkarya kesenian,” tandasnya.
Syahnagra menyebut, yang sering berpameran di Balai Budaya adalah pelukis besar dan fenomenal Affandi. Selain itu, ada Sudjojono, pelukis besar Indonesia yang juga fenomenal.
“Beberapa seniman besar lainnya, seperti Sri Warso Wahono, Cak Kandar, Aisul Yanto, adalah nama-nama yang pernah menggelar pameran di Balai Budaya. Balai Budaya ini seperti satu semangat yang tidak bisa kita abaikan begitu saja. Yang paling lama berpameran di Balai Budaya adalah Abbas Alibasah, “ ujarnya.
Tokoh-tokoh yang memperjuangkan kebudayaan jarang sekali dicatat sejarah. “Ini yang perlu kita perjuangan bersama, seperti di antaranya tokoh-tokoh yang memperjuangkan kebudayaanitu Umar Kayam atau Rendra, atau masih banyak lainnya,” paparnya.