Yogyakarta, Teritorial.Com -Kantor Harian Bernas di Jalan Ring Road Utara 7A Caturtunggal, Depok, Sleman, DIY kini tinggal kenangan. Hal itu lantaran terhitung mulai 1 Maret 2018 koran yang telah menjadi ikon di Yogyakarta itu berhenti memproduksi.
“Ini kami lakukan karena di satu sisi biaya produksi terus meningkat, sementara di sisi lain jumlah pembaca dan pendapatan iklan stagnan bahkan cenderung menurun,” kata Direktur Utama PT Media Bernas Jogja, Putu Putrayasa.
Putu Putrayas yang turut andil menerbitkan Harian Bernas, menyampaikan hal pelik tersebut kepada para keryawan PT Media Bernas Jogja dalam berbagai kesempatan.
Meski koran versi cetak berhenti terbit, namun Putu Putrayasa tetap berkomitmen untuk mengembangkan media online bernas.id.
Selain untuk membidik segmen pembaca generasi milenial yang akrab dengan gadget, meneruskan dan mengembangkan bernas.id sebagai upaya untuk mempertahankan nama Harian Bernas yang sudah melegenda dan menjadi sebuah heritage.
Dengan demikian, meski koran versi cetak tidak terbit, namun nama Harian Bernas akan tetap ada dan dipertahankan dengan adanya koran versi online bernama bernas.id.
Para karyawan, terutama yang sudah puluhan tahun bersama Harian Bernas pun mendukung upaya mempertahankan nama Harian Bernas versi online.
“Kalau pun versi cetak sudah berhenti, namun versis online harus tetap jalan dan dipertahankan untuk melestarikan nama bernas,” ujar dia.
Sementara itu, Manajer Sirkulasi Harian Bernas, Tedy Kartyadi, mengatakan bahwa Bernas sudah dikenal luas dan telah menjadi bagian dari perjuangan bangsa ini sejak awal kemerdekaan era pemerintahan Orde Lama hingga pemerintahan Orde Baru dan hingga kini Orde Reformasi.
Dalam perjalanan panjang yang melelahkan dan penuh dinamika itu, lanjut Teddy, Harian Bernas mampu bertahan hingga usia hampir 72 tahun. Namun, hal itu berbeda ketika harus bertarung dalam pertarungan online.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi yang melahirkan media sosial dan media onlien, media cetak seperti Harian Bernas pun terkena dampaknya.
“Mulai dari jumlah pembaca yang menurun hingga pendapatan iklan yang juga menurun, karena saat ini masyarakat lebih suka membaca media online dan media sosial ketimbang media cetak,” beber dia.
“Begitu pula pemasang iklan lebih memilih pasang iklan di media sosial secara gratis ketimbang di media cetak,” kata Tedy Kartyadi.