TERITORIAL.COM, JAKARTA – Pedagang kopi keliling yang kerap kita jumpai di jalanan Ibu Kota kini memiliki peran baru dalam menjaga keamanan Jakarta. Mereka bukan sekadar penjual kopi, tapi juga menjadi bagian dari strategi keamanan kota melalui pendekatan community policing atau kemitraan polisi dan masyarakat.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Asep Edi Suheri mengatakan, para pedagang kopi keliling kini berperan sebagai “mata dan telinga” polisi di lapangan. Peran ini diharapkan bisa membantu aparat dalam mendeteksi dan melaporkan potensi gangguan keamanan di sekitar mereka.
“Gak cuma berjualan kopi, mereka juga menjadi bagian dari mata dan telinga kepolisian di lapangan,” ujar Asep saat kegiatan makan siang dan pembagian bantuan sosial bagi pedagang kaki lima di Taman Silang Monas Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2025).
Dorongan untuk Laporkan Hal Mencurigakan
Kapolda Metro Jaya mengajak para pedagang kopi keliling agar tidak ragu melapor kepada pihak kepolisian bila menemukan kejadian mencurigakan atau aktivitas yang berpotensi mengganggu ketertiban.
Menurut Asep, laporan dari masyarakat sangat berharga bagi kepolisian. Karena itu, pihaknya berencana memberikan insentif atau bentuk apresiasi bagi pedagang yang aktif menyampaikan informasi penting di lapangan.
“Kalau ada hal mencurigakan atau kejadian tertentu, segera laporkan ke kami. Kami akan memberikan apresiasi bagi yang membantu memberikan informasi,” tuturnya.
Selain meningkatkan keamanan, kegiatan ini juga menjadi bagian dari pendekatan humanis Polri untuk lebih dekat dengan masyarakat.
“Kami hadir bukan hanya untuk menegakkan hukum, tapi juga menciptakan kebersamaan dan kepedulian sosial. Pedagang kopi keliling dan pelaku UMKM adalah bagian penting dari jantung kehidupan Jakarta,” kata Asep.
Strategi “Jaga Jakarta”
Program ini merupakan bentuk penerapan strategi Community Policing yang menempatkan polisi bukan sekadar sebagai penegak hukum, tetapi juga mitra masyarakat dalam menjaga keamanan, memberikan edukasi, dan melakukan pelayanan kemanusiaan.
Asep berharap semangat “Jaga Jakarta” bisa memperkuat kerja sama antara polisi dan warga. Program ini berdiri di atas empat pilar utama, yakni Jaga Warga, Jaga Lingkungan, Jaga Aturan, dan Jaga Amanah.
Lanjutan dari Program “Ojol Kamtibmas”
Sebelumnya, Polda Metro Jaya juga menerapkan program serupa melalui inisiatif Ojol Kamtibmas, yang melibatkan komunitas ojek online.
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Dekananto Eko Purwono menjelaskan, pengemudi ojek online yang merekam dan melaporkan aksi kejahatan di jalan akan mendapat apresiasi dari kepolisian.
“Kalau ada teman-teman ojol yang berhasil merekam tindakan kejahatan dan melaporkannya ke Polsek atau Polres, akan kami berikan bonus atau reward,” ungkapnya saat kegiatan di Stasiun Juanda, Jumat (26/9/2025).
Namun, Dekananto menegaskan bahwa insentif tersebut bukan tujuan utama, melainkan bentuk motivasi agar masyarakat semakin peduli terhadap keamanan lingkungan.
“Keamanan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas kepolisian,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Polda Metro Jaya juga meresmikan Gerai Rakyat Mart di Stasiun Juanda. Tempat ini berfungsi sebagai posko serta pusat koordinasi komunitas ojol dalam mendukung keamanan wilayah. Gerai tersebut juga menyediakan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau bagi para pengemudi.
Langkah ini menjadi bukti bahwa strategi keamanan di Jakarta kini bergerak ke arah yang lebih inklusif, dengan melibatkan komunitas lokal sebagai bagian dari sistem keamanan kota. Polisi tidak lagi bekerja sendiri, tetapi bersama warga untuk menjaga keamanan dan ketertiban Ibu Kota.