Jakarta, Teritorial.com – Kepolisian Republik Indonesia (Polri ) masih menyelidiki dan terus mengembangkan terkait dengan penyebaran informasi hoax di Jawa Barat.
Diketahui, Patroli Satgas Siber Bareskrim Polri mengatakan tengah menyelidiki kelompok penyebar ujaran kebencian dan berita bohong di Jawa Barat. Kelompok ini disinyalir muncul berkaitan dengan pilkada serentak mendatang.
Sang penyebar hoax (Wawan) pada akun Facebook Lavender miliknya dan grup RW, menyebarkan informasi penculikan terhadap ulama dan isu PKI. Unggahan itu berupa “Mayoritas China itu memang babi, bahkan China cacat mau mati di kursi dan pakai pempres pun ikut nyoblos semua itu demi penguasa NKRI”.
Unggahan lainnya diduga berisi “PKI Bangkit, Penculikan Ulama (hilangnya seorang Ustaz di daerah Cimuncang, Garut)”. Tersiar kabar bahwa ada oknum Babinsa di balik aksi penyebaran hoax itu. Namun polisi memastikan belum ada kesimpulan apapun.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen M. Iqbal menegaskan, penyelidikan dugaan keterlibatan oknum militer masih bias. Sampai saat ini, penyelidikan belum menunjukkan adanya kepastian terkait oknum manapun, termasuk Babinsa.
Yang pasti, kata Iqbal, siapapun yang terlibat dalam menyebarkan hoax tersebut akan diproses sesuai prosedur. Iqbal menyebut belum sampai pada kesimpulan siapa yang berada di balik penyebaran hoax.
“Yang ada, Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipid Siber) menangkap enam penyebar hoax di Bandung Jawa Barat. Mereka didalami ada keterhubungan atau tidak, saya tidak bilang benar ada oknum,” ujarnya Iqbal seperti di lansir dari Jawapos.com, Sabtu (24/2/2018).
Sebaiknya, semua pihak jangan mengambil kesimpulan terlebih dahulu dalam kasus penyebaran hoax penculikan ulama. Penyidik bekerja untuk menuntaskan kasus satu per satu. ”Perbuatan ini atas inisiatif sendiri atau tidak,” ungkapnya.
Menurutnya, masyarakat juga harus berperan untuk menekan penyebaran hoax. Caranya, tidak semua informasi yang beredar di media sosial perlu dishare. ”Hampir 100 persen yang tersebar di media sosial, kalau tidak bersumber resmi adalah hoax,” jelasnya. (ROS)