Daerah

Raya, Balita 3 Tahun di Sukabumi Meninggal Akibat Cacingan Parah

Raya (3), balita asal Sukabumi yang meninggal dunia akibat infeksi cacing parah

TERITORIAL.COM, JAKARTA – Duka menyelimuti Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Seorang bocah perempuan bernama Raya (3) meninggal dunia setelah tubuhnya dipenuhi cacing hingga menyebar ke otak.

Kisah memilukan ini pertama kali terungkap dari laporan kerabat yang diterima organisasi sosial Rumah Teduh & Peaceful Land pada 13 Juli 2025. Awalnya, keluarga hanya menyebut Raya mengalami sesak napas. Namun, ketika tim relawan datang, kondisi anak itu sudah kritis dan tak sadarkan diri.

Dari Gejala Ringan hingga Kondisi Kritis

Raya kemudian dilarikan ke RSUD R Syamsudin SH (Bunut) menggunakan ambulans. Menurut keterangan dr. Irfanugraha Triputra, Ketua Tim Penanganan Keluhan rumah sakit, pasien tiba di IGD sekitar pukul 20.00 WIB dengan kondisi tidak sadar.

“Sebelum dibawa ke rumah sakit, keluarga mengatakan sehari sebelumnya hanya ada gejala demam, batuk, dan pilek,” jelas dr. Irfan saat dikonfirmasi, Selasa (19/8/2025).

Awalnya, tim medis menduga penyebab kritisnya kondisi Raya adalah meningitis tuberkulosis atau komplikasi TBC paru, lantaran kedua orang tuanya juga sedang menjalani pengobatan TBC. Namun, dugaan itu berubah setelah dokter menyaksikan cacing keluar dari hidung balita tersebut saat dalam observasi.

“Ketidaksadaran kemungkinan besar akibat dua hal, infeksi TBC atau serangan cacing. Namun, melihat jumlah cacing yang sudah banyak, indikasi ke arah infeksi parasit semakin kuat,” ungkapnya.

Infeksi cacing gelang (ascaris) yang diderita Raya ternyata sudah masuk stadium lanjut. Parasit tidak hanya bersarang di saluran pencernaan, tapi juga menjalar ke paru-paru dan otak.

“Kalau cacing sudah keluar lewat hidung, artinya penyebarannya sudah sangat luas. Kasus ini terlambat sekali ditangani,” tambah dr. Irfan.

Setelah dirawat intensif di ruang PICU selama sembilan hari, kondisi Raya tidak juga membaik. Ia menghembuskan napas terakhir pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB.

Tersandung Masalah Administrasi

Proses penyelamatan Raya sempat dihadapkan pada kendala administratif. Bocah ini tidak memiliki dokumen identitas, sehingga sulit didaftarkan sebagai peserta BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran).

“Rumah sakit memberi waktu tiga hari untuk pengurusan, tapi ternyata proses di lapangan buntu. Dari Disdukcapil diarahkan ke Dinsos, lalu ke Dinas Kesehatan, tapi akhirnya semua tidak bisa menindaklanjuti karena kondisi orang tuanya ODGJ,” jelas Iin Achsien, pendiri Rumah Teduh & Peaceful Land.

Setelah tenggat waktu berakhir, biaya perawatan pun dialihkan menjadi pembayaran tunai. Rumah Teduh akhirnya menanggung tagihan lebih dari Rp23 juta, sebelum pihak rumah sakit memberikan keringanan.

Latar Belakang Keluarga Memprihatinkan

Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, mengonfirmasi bahwa kedua orang tua Raya, Udin (32) dan Endah (38), mengalami gangguan jiwa sehingga pengasuhan anak tidak berjalan optimal.

“Raya sering bermain di kolong rumah bersama ayam. Motoriknya juga terlambat, ditambah riwayat sakit paru. Desa sebenarnya sudah membantu lewat program Dana Desa dan pemberian makanan tambahan, bahkan sempat ada peningkatan berat badan,” ungkap Wardi.

Namun, keterbatasan orang tua membuat kondisi Raya kembali memburuk. Rumah keluarga yang pernah dibangun ulang oleh warga dan pemerintah pun rusak lagi karena lantainya dibongkar untuk dijadikan kayu bakar.

Pengakuan Ibu Raya

Dalam kesaksiannya, sang ibu, Endah, mengaku sudah lama menyadari putrinya sering sesak napas dan terlihat lemah. Namun, anak itu tidak pernah dibawa ke puskesmas atau rumah sakit.

“Selama ini saya hanya merawat dengan cara tradisional, dimandikan air hangat dan daun singkong. Belum pernah dibawa berobat ke dokter,” katanya.

Endah baru mengetahui kondisi sebenarnya setelah dokter menyebut ada banyak cacing besar di tubuh anaknya. “Ada yang beratnya sampai sekilo, berarti sudah lama di dalam perut,” ujarnya.

Kebiasaan Raya bermain tanah disebut menjadi salah satu faktor risiko infeksi. Namun, karena minim pengetahuan medis, keluarga hanya mengikuti saran lingkungan sekitar.

Cermin Kemiskinan dan Kerentanan Sosial

Kasus yang menimpa Raya menjadi potret kerasnya persoalan kesehatan anak di daerah miskin dengan orang tua yang mengalami keterbatasan mental. Meski pemerintah desa dan komunitas sosial sudah berupaya, sistem perlindungan anak masih sulit menjangkau situasi kompleks seperti ini.

Tragedi ini menegaskan pentingnya edukasi kesehatan dasar, akses layanan medis yang lebih inklusif, serta jaring pengaman sosial yang efektif bagi keluarga rentan agar kasus serupa tidak terulang.

Kayla Dikta Alifia

About Author

You may also like

Daerah

Kementerian Pertahanan Tinjau Pembangunan Kawasan Perbatasan Di Kalbar

Kalimantan Barat, Teritorial. Com – Kementerian Pertahanan dalam hal ini Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan, pada tanggal 23 sampai dengan 25
Daerah

Satgas Yonif PR 432 Kostrad Jaga perbatasan RI-PNG

Papua Barat, Teritorial.com- Prajurit Satgas Yonif PR 432, akhir november tiba desember awal langsung menempati jajaran pos sepanjang perbatasan sekotr