Bali, Teritorial.Com – Dinilai telah terjadi pencurian devisa negara akibat dari kedatangan turis dari Republik Rakyat Tiongkok ke Indonesia selama ini. Gubernur Bali I Wayan Koster menutup toko-toko milik warga negara Tiongkok karena melanggar peraturan perundang-undangan.
Tidak hanya itu pariwisata di Bali merugi ratusan juta Rupiah setiap bulannya, lantaran Paket wisata ke Bali oleh agen perjalanan di Tiongkok dijual murah dan perputaran uang wisata tersebut lebih banyak untuk Tiongkok. Ditambah, toko-toko milik warga Tiongkok dan etnis Tionghoa di Bali bertransaksi tidak menggunakan mata uang rupiah, namun menggunakan kartu Tiongkok melalui aplikasi WeChat.
Bukannya menguntungkan Indonesia dengan pemasukan devisa negara, kedatangan turis China bak skenario tingkat dewa yang memang dengan sengaja dilakukan untuk mencuri pendapat yang seharusnya milik Indonesia dan masyarakat lokal Bali. Tidak tinggal diam ketua DPP Gerindra, Arief Poyuono menegaskan perlunya penindakan tegas dan kebijakan terpadu untuk mengakhiri kecurangan yang selama ini dilakukan oleh negeri Tirai Bambu tersebut.
“Kira-kira menteri-menterinya kangmas Joko Widodo yang bersentuhan dengan masalah devisa dan tourism tahu enggak ya. Dan kangmas Joko Widodo tahu enggak kenapa jumlah turis dari China yang datang ke Indonesia itu jumlahnya terjadi peningkatan signifikan, jumlah turis China ke Bali dalam beberapa tahun terakhir, persisnya selama periode 2015-2018,” imbuh Arief.
Dia mengungkapkan, rata-rata pertumbuhan kunjungan turis China ke berbagai negara di seluruh dunia (global) mencapai 13,30 persen. “Namun, rata-rata pertumbuhan kedatangan turis China ke Indonesia (termasuk Bali) lebih tinggi dibanding rata-rata global itu,” sebutnya.