Jaga Keamanan Laut, Kemhan Persenjatai Bakamla

0

Jakarta, Teritorial.Com – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memutuskan memperkuat kapal Bakamla RI dengan senjata berat dan canggih. Secara spesifik, hal itu dilakukan untuk menjaga keamanan agar kapal China tidak seenaknya bermanuver di perairan Natuna, Indonesia.

Keputusan tersebut sekaligus merespons armada penjaga pantai (coast guard) China yang resmi diperbolehkan menggunakan senjata untuk mengusir atau menangkap kapal asing di perairan yang menjadi sengketa sejak 1 Februari 2021. UU ini dinilai berisiko karena penjaga pantai China dilengkapi antara lain dengan meriam kaliber 75 mm.

Indonesia sendiri diketahui telah berkali-kali berhadapan dengan kapal penjaga pantai China di zona ekonomi lepas pantai Kepulauan Natuna. Sempat pula terjadi beberapa insiden antara kapal pengawasan perikanan Indonesia dengan kapal penjaga pantai China. “Ini secara formal sudah disampaikan, kami juga sudah berkoordinasi dengan Ibu Menlu (Retno Marsudi) untuk menanyakan perihal ini,” ujar Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksdya Aan Kurnia dalam keterangan tertulis, Rabu (3/2).

Untuk mengantisipasi hal itu, lanjutnya, Bakamla mendapat dukungan lewat izin pembelian senjata yang dikeluarkan Menhan Prabowo Subianto pada Agustus 2020. Aan Kurnia menyebut, wilayah Natuna menjadi salah satu pengamanan yang menjadi perhatian besar karena lokasi yang berdekatan dengan Laut China Selatan, yang belakangan ini mengalami eskalasi tinggi antara Negeri Tirai Bambu dan Amerika Serikat.

Aan Kurnia mengaku bersyukur bahwa Bakamla mendapat dukungan penggunaan senjata, yang izinnya turun pada Agustus silam. Menurutnya, kondisi Laut China Selatan saat ini sangat dinamis seiring kian asertifnya posisi China yang direspons negara besar, misalnya AS. Ketegangan di kawasan tersebut pun diprediksi akan terus mengalami eskalasi. “Di mana ada risiko peningkatan eskalasi dan spill over konflik,” ucap Aan Kurnia.

Diungkapkan, senjata yang dibeli Kemenhan untuk Bakamla masih kalah besar dari penjaga pantai China yang memakai meriam kaliber 75 mm. Bakamla sendiri selama ini hanya dibekali senjata peluru karet. Namun, kata Aan, kini petugas Bakamla diizinkan menggunakan senjata berkaliber 30 mm dan senjata perorangan. “Jadi selama ini coast guard China, coast guard Vietnam meriamnya sudah gede-gede, sudah 75 (mm), 57 (mm). Saya mau beli senjata saja enggak boleh. Kemarin saya menghadap Pak Menhan langsung, aturan-aturan kita lihat ternyata boleh, bisa, dan alhamdulillah bisa,” ujarnya.

Senjata kaliber yang diizinkan sementara berukuran paling besar 30 mm, kemudian mitraliur 12,7 mm, serta senjata perorangan. Aan Kurnia menegaskan, petugas Bakamla dipersenjatai hanya untuk keamanan diri saat bertugas. “Ingat, senjata yang saya gunakan ini bukan untuk mematikan, tapi hanya untuk self defense, hanya untuk bertahan saja. Kita tidak perlu senjata besar, kaliber besar seperti Angkatan Laut, tapi paling tidak untuk membela diri kalau memang ini diperlukan. Izinnya sudah secara resmi kita dapat bulan Agustus tahun 2020,” katanya.

Senjata-senjata itu akan digunakan di kapal berukuran 48 meter, 80 meter, dan 110 meter yang dimiliki Bakamla. Aan Kurnia menjelaskan, mitraliur 12,7 mm merupakan senjata yang tergolong ringan dan digunakan hanya untuk pertahanan diri. Dalam satu kapal patroli, akan ditempatkan dua pucuk mitraliur 12,7 mm. Sejumlah kapal patroli milik Bakamla di antaranya adalah kapal markas yang berukuran 110 meter, kapal patroli berukuran 80 meter, 48 meter, serta 15 meter. Bakamla juga memiliki rigid inflatable boat berukuran 12 meter. Semua kapal diberi kode KN, yaitu Kapal Negara.

Share.

Comments are closed.