Kapusdatin Kemhan: Perang Asimetris Atasi Dengan Teknologi Pertahanan Siber

0

Yogyakarta, Teritorial.com – Dunia maya yang kian kompleks tentunya memaksa setiap stake holders guna meingkatkan kemampuan pertahanan siber. Sebagai wujud kepedulian akan hal tersebut Prodi Teknik Elektro dan Mesin Pertahanan Depmipatek Akademi Militer Magelang mengadakan kegiatan seminar Defense Technology Forum.

Turut hadir dalam seminar tersebut, para taruna taruni Akmil serta mahasiswa dari berbagai universitas di Jawa Tengah dan DIY. Dalam kegiatan ini Kepala Pusat Data & Informasi Kementerian Pertahanan Marsma TNI Yusuf Jauhari mengawali seminar dengan membawakan materi mengenai keamanan data dan asymmetric warfare.

Dari siaran pers kepada teritorial.com – (9/3/2018) Jauhari menyampaikan bahwa data memiliki nilai dan bila tidak diamankan maka dapat diakses oleh pihak yang tidak berhak atau bahkan disalah gunakan pihak lain yang dapat merugikan pihak pemilik data. Hal ini menutup kemungkinan kesempatan bagi pihak lawan dapat mengeksploitasi data untuk mencari kelemahan suatu organisasi.

Asymmetric Warfare di dunia siber tidak hanya terbatas pada serangan secara teknikal yang menyasar data-data rahasia namun juga berupa perang informasi. Informasi yang dikemas sedemikian rupa dapat mempengaruhi pihak-pihak yang terekspos informasi tersebut menjadi militan terhadap ide-ide tertentu yang belum tentu baik.

Sebagai contoh adalah akhir-akhir ini terdapat kelompok pengguna internet dan gadget yang menyebarkan hoax yang disertai data2 yang tidak akurat yang mampu menggiring opini di masyarakat. Alutsista masa kini juga dilengkapi berbagai teknologi yang tidak hanya memberikan suatu keunggulan namun tidak tertutup pula kemungkinan memiliki celah keamanan.

Kapusdatin menghimbau agar perguruan tinggi dan industri serta para ahli dapat mengintegrasikan kemampuan teknologinya secara lintas sektor untuk mengembangkan pertahanan dan kemampuan alutsista sehingga industri pertahanan nasional juga berkembang dan mengurangi ketergantungan terhadap alutsista dari negara lain.

“Dalam menghadapi Asymmetric Warfare yang lintas sektor dan tidak menutup kemungkinan bersifat non militer namun menimbulkan dampak yang luas. Oleh sebab itu diperlukan koordinasi lintas lembaga dan elemen masyarakat seperti komunitas. Hal ini sebenarnya sesuai dengan konsep perang semesta dimana upaya pertahanan negara tidak hanya menjadi kewajiban militer melainkan juga hak dan kewajiban setiap warga negara,” tegas Marsma Yusuf.

Adapun perang semesta yang dimaksud disini yaitu bukan hanya melawan suatu ancaman terhadap negara secara bersama-sama, namun juga terdapat koordinasi untuk masalah tertentu membutuhkan organisasi atau lembaga yang sesuai pula untuk menjadi leading sector dalam penanganannya. (SON)

Share.

Comments are closed.