Beralih ke Rusia dan China, Intensitas Amerika Perangi Terorisme Bergeser

0

Washington, D.C, Teritorial.Com – Pentagon menarik sebagian besar pasukan militer Amerika Serikat (AS) dari Afrika. Hal tersebut dilakukan lantaran alasan mendesak terkait isu Perang Dingin yang akhir-akhir ini mencuat menyusul fenomena kebangkitan China dan kembalinya supermasi Rusia yang perlahan kembali memperkuat pengaruhnya di belaham bumi Eroap.

Militer Amerika Serikat (AS) akan menarik pasukannya yang fokus pada operasi kontraterorisme di Afrika selama beberapa tahun ke depan. Hal itu dilakukan untuk mendukung peningkatan fokus Pentagon dalam melawan ancaman dari China dan Rusia. Memasuki awal tahun 2018, National Defence Release mengeluarkan imbauan bahwa Rusia, China menjadi fokus utama strategi pertahanan nasional AS.

Hal tersebut sontak menyisahkan pertanyaan besar terkait eksistensi militer AS, terhadap komitmen perang global melawan terorisme dan militan Islam.”Pengurangan personil militer diproyeksikan kurang dari 10 persen dari total 7.200 pasukan militer dan akan berlangsung selama beberapa tahun mendatang,” kata Komandan Candice Tresch, seorang juru bicara Pentagon, dilansir dari Reuters, Jumat (16/11/2018).

Tresch mengatakan pemangkasan itu akan meninggalkan aktivitas “organisasi ekstrimis kekerasan” yang sebagian besar tidak tersentuh di beberapa negara, termasuk Somalia, Djibouti dan Libya. Di bagian lain di kawasan itu, termasuk Afrika Barat, penekanannya akan beralih dari bantuan taktis ke bimbingan, bantuan, hubungan, dan berbagi intelijen.

Seorang pejabat AS, berbicara dengan syarat anonimitas, mengatakan pengurangan pasukan kemungkinan akan berlangsung selama tiga tahun dan dapat mencakup negara-negara seperti Kenya, Kamerun, dan Mali. Peran militer AS di benua Afrika telah meningkatkan perhatian setelah penyergapan tahun lalu di Nigeria, yang dilakukan oleh afiliasi Negara Islam setempat, yang menewaskan empat tentara AS.

Selama Perang Dingin, Uni Soviet menempa hubungan militer dan diplomatik yang erat dengan banyak negara Afrika. Rusia sekarang mencoba untuk menghidupkan kembali beberapa hubungan yang gagal setelah keruntuhan Uni Soviet. Sejak negara-negara Barat memberi sanksi kepada Rusia karena mencaplok Crimea pada 2014, Moskow telah menandatangani 19 perjanjian kerja sama militer di sub-Sahara Afrika, termasuk dengan Ethiopia, Nigeria, dan Zimbabwe, menurut kementerian luar negeri dan pertahanan serta media negara.

Share.

Comments are closed.