Kalashnikov AK-47, Dibalik Sisi Lain Terorisme dan Simbol Perlawanan

0

Washington, Teritorial.Com – Terorisme tentu menjadi fenomena yang sangat krusial dalam seteiap pembahasan terkait keamanan nasional suatu negara di era kontemporer seperti sekarang ini. Mulai dari polarisasi kekuatan, sebaran arus informasi, strategi perang, bom bunuh diri, rekuitmen keanggotaan hingga penyabaran ideologi radikal menjadi hal yang selalu dieksploitasi secara masif.

Namun ada yang terlewatkan, sadar atau tidak sadar propaganda terorisme telah menumbuh kembangkan karakter serta ciri khas tersendiri bagi mereka untuk sampai dikenal di tataran publik secara luas. Hal tersebut mulai dipertanyakan soal senjata keberadaan senapan laras panjang AK-47 atau “Kalashnikov Model 1947”.

Menjadi hal yang cukup fenomenal, CJ. Chivers seorang penulis buku asal Amerika Serikat (AS) sampai menulis artikel khusus tentang senapan laras panjang buatan Rusia tersebut, The Gun: The AK-47 and the Evolution of War (2010) dalam artikelnya di Wired, mengungkapkan bahwa AK-47 alias “Kalashnikov Model 1947” merupakan “mesin pembantaian tidak bermoral, layaknya ikon budaya pop, senjata ini yang paling banyak jumlahnya, serta paling berpengaruh selama setengah abad terakhir.”

Chivers menambahkan bahwa AK-47 merupakan “simbol Uni Sovyet dan revolusi, yang lantas menjadi instrumen utama bagi terorisme, aksi kriminal, dan perekrutan anak-anak menjadi pasukan.” Sementara itu, David Blair, dalam tulisannya di The Telegraph, mengatakan bahwa “tidak ada satupun senjata api yang membunuh manusia lebih banyak dibandingkan AK-47.”

Entah apa penyebabnya, walaupun diawal sang pembuat pemuda asal desa pedalaman di Rusia yang dulu masih berbentuk Uni-Soviet yaitu Mikhail T. Kalashnikov pada mulanya menyebut AK-47 sebagai pertahanan. Namun tahun demi tahun terlewati ratusan revolusi berdara di Eropa hingga perang berkecamuk selama periode perang dingin membuat AK-47 berubah menjadi simbol ketakutan, penyerangan, dan teror.

Bahkan badan khusus intelijen AS yang fokus terhadap isu persenjataan mengungkap bahwa setiap tahun, di negara-negara konflik di seluruh dunia, 20 ribu hingga 100 ribu jiwa tewas. AK-47 merupakan senjata yang bertanggungjawab paling besar atas jumlah kematian itu. Mengapa? AK-47 merupakan senjata yang paling banyak dimiliki masyarakat luas di seluruh dunia, terutama di negara-negara konflik.

Jelas dengan jumlah tersebut mustahil jika AK-47 tidak diproduksi massal oleh pemerintah Rusia. Chivers menyebut bahwa AK-47 berjumlah antara 70 juta hingga 100 juta unit di seluruh dunia. Sementara Blair menyebut bahwa AK-47 berjumlah tak kurang dari 75 juta, hampir 20 persen total semua senjata api di dunia. Lalu, Michael Hodges, dalam bukunya berjudul AK-47: The Story of the People’s Gun menyebut bahwa setidaknya ada 200 juta pucuk AK-47 yang beredar di dunia, atau satu dari setiap 35 penduduk bumi.

Sejak Perang Dingin Hingga Propaganda Terorisme

Di era Perang Dingin seolah tidak ada pilihan lain bagi kedua kubuh antara Barat AS dan Timur Soviet untuk menularkan pengaruh ideologi demi ambisi kekuasaan. Sejumlah perang sipil hingga konflik dalam hingga antar negara terjadi hampir secara bersamaan. Tidak telribat perang secara langsung namun pengaruh kedua Adidaya tersebut kian dirasa hampir disetiap peta konflik dunia saat itu.

Khsusnya konflik di Timur Tengah mulai dari Perang Afganistan hingga perang teluk seolah menjadi pusat laboratorium utama uji coba kehandalan dari AK-47. Tak tangung-tangung selama perang Afganistan berlangsung, Soviet memproduksi lebih dari 1 juta pucuk senjata AK-47 untuk mempersenjatai militan-militan di sepanjang Timur Tengah guna mendesar setiap pemerintah negara-negara diperbatasan untuk segera bergabung menjadi bagian dari Uni-Soviet.

Tidak hanya itu Rusia bahkan secara ilegal sengaja menjual AK-47 kepada banyak kelompok-kelompok militan Islam idelogis untuk melawan kepentingan Barat saat itu. Bahkan sejak berdirinya Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir badan intelejen Rusia mengakui telah menjual lebih dari ratusan ribu AK-47 saat kelompok IM tersebut masih dibawah kepemimpinan Imam Syahid Syekh Hasan Al-Banna.

Berlanjut pada perang Arab-Israel, Soviet kembali mengirimkan seberat 60 ton senjata yang didalamnya termasuk AK-47 untuk pasukan koalisi Arab yang pada saat itu harus berperang melawan Israel yang hanya seoarang diri dibantu oleh AS. Catatan sejarah tersebut menjadi bukti bahwa tidak heran jika sekarang ini AK-47 kerap diidentikan dengan senjata pemberontak, saparatis, dan baru-baru ini Teroris.

Selain mudah didapat secara ilegal, AK-47 diual dengan harga yang sangat murah, rata-rata seharga $2.800 di Dark Web, bagian dari dunia maya yang tidak terindex mesin pencari seperti Google. Sementara itu, Afganistan merupakan negara yang “menawarkan” AK-47 murah, yakni rata-rata seharga $600. Di Somalia, negara yang terkenal dengan aksi bajak lautnya, AK-47 dijual seharga $750.

Senjata ini pun selalu menjadi propaganda terorisme sebagaimana yang sering dilakukan olah pentolan Al-Qaeda Osama Bin Laden, Kelompok Macan Tammil di Pakistan, Taliban, Jamaah Islamiyah di Indonesia, MNLF yang kini bertransformasi menjadi Abu Sayaf Group (ASG) di Moro Filipina, serta kelompok-kelompok lainnya. Bahkan ISIS sendiri juga tidak kalah keitinggalan dengan menjadikan senjata tersebut sebagai simbol perlawanan untuk meraih simpati serta dukungan dari para pengikutnya. (SON)

Share.

Comments are closed.