Pertahankan Supermasi Udara, Amerika Upgrade Pesawat Bomber

0

Washington, Teritorial.Com – Pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) tengah mengupayakan upgrade muatan bom untuk pesawat B-52 Stratofortress. Hal tersebut dilakukan guna menambah beban amunisi Pesawat Bomber B-2 guna bersiaga menghadapi Rusia dan China.

Berdasarkan data yang diunggah dokumen Request For Information (RFI), sejauh ini pihak AS telah mengadakan konsultasi dengan perusahaan manufaktur pesawat terbang guna memodifikasi agar B2 mampu mengintegrasikan bom yang lebih baru dan lebih berat di bawah sayap pesawat.

Pesawat B-52 diperkirakan akan terbang selama 30 tahun lagi, sehingga berpotensi menjalani upgrade. Peningkatan fungsi muatan bom pesawat itu sejatinya juga merupakan bagian dari Heavy Weapon Release Pylon Program. Menurut Layanan Angkatan Udara, program itu dijalankan karena ada ancaman yang muncul di depan, terutama agresor di Pasifik.

Dikutip dari Military.com pada hari Rabu waktu setempat, pihak AS memiliki alasan kuat mengapa harus melakukan hal tersebut. Salah seorang Pejabat angkatan udara AS yang tidak disebutkan namanya tersebut mengatakan bahwa Washington telah berkali-kali memasukan Rusia dan China sebagai pesaing utama.

Amunisi khusus untuk pesawat yang di-upgrade tersebut belum dipromosikan. Namun, tujuannya adalah meningkatkan muatan bom yang dibawa. “Para pejabat ingin pylon mampu membawa banyak senjata dengan berat 5.000 pon hingga 20.000 pon,” sebut dokumen RFI.

Kemampuan maksimum pylon pesawat B-52 saat ini adalah membawa 5.000 pon amunisi. “Pylon eksternal dirancang pada tahun 1959 dan telah beroperasi sejak 1960-an. Ketika diperkenalkan, tidak ada persyaratan dan tidak ada orang yang memperkirakan perlunya membawa senjata yang lebih berat dari 5000 pon,” lanjut dokumen tersebut, yang dikutip Rabu (11/7/2018).

Merujuk pada Strategi Pertahanan Nasional (NDS) terbaru dari Departemen Pertahanan AS dapat dipastikan China adalah pesaing strategis yang menjelma layaknya kekuatan predator yang telah memangsa negara-negara Asia Tenggara melalui klaim sepihak di zona internasional Laut China Selatan (LCS).

“Semakin jelas bahwa China dan Rusia ingin membentuk dunia yang konsisten dengan model otoriter mereka, mendapatkan hak veto atas keputusan ekonomi, diplomatik dan keamanan negara-negara lain,” lanjut dokumen NDS.

Sekretaris Angkatan Udara Heather Wilson telah beberapa kali menyatakan pesatnya kemajuan teknologi China yang mendorong layanan untuk bereaksi. “Ada pengakuan eksplisit tentang munculnya kembali persaingan kekuatan besar,” katanya.

“(China) memodernisasi dengan sangat cepat. Mereka memodernisasi pertahanan udara mereka, juga kemampuan air-to-airmereka benar-benar memodernkan seluruhboard. Ini adalah ancaman mondar-mandir bagi Angkatan Udara AS karena laju modernisasi mereka,” ujarnya di Pentagon beberapa waktu lalu. (SON)

Share.

Comments are closed.