Beijing, Teritorial.com – Mega Proyek Tiongkok One Belt and Road (OBOR) menemui kendala baru. Hal tersebut disebakan oleh sikap India yang menolak untuk diajak kerja sama dalam pengembangan awal mega proyek yang rencananya akan menghubungan seluruh wilayah Laut dan daratan yang membatang mulai dari wilayah perairan Tiongkok ASEAN, Asia Tengah hingga Timur Tengah.
Kegagalan ini terjadi lantaran dalam pertemuan para menteri luar negeri (menlu) anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) pimpinan Tiongkok dan Rusia tersebut, India tidak menandatangani inisiatif itu sebagai bagian dari salah satu proyek utama Koridor Ekonomi Tiongkok -Pakistan senilai 57 miliar USD.
Secara geografis tentunya keterlibatan India dalam inisiatif OBOR itu sangat penting dilakukan. Untuk saat ini keberadaan India merupakan representasi dari kekuatan dominan di Samudera Hindia. Dengan demikian maka pintu masuk utama bagi Tiongkok sebagai awal goals dari mega proyek tersebut berada di tangan India.
Menteri Luar Negeri India tidak menyatakan mendukung Belt and Road dalam pernyataan bersama yang dirilis setelah pertemuan para menlu SCO di Beijing. Dari semua menlu lainnya, dari Kazakhstan, Kirgistan, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Uzbekistan, mereka mendukung proposal Belt and Road yang dicanangkan Tiongkok.
Penolakan India terhadap OBOR tentunya bukanlah tanpa sebab, secara geopolitik Amerika Serikat (AS) telah memberikan ruang lebih bagi India sejak digelorakannya diskursus Indo-Pasifik yang gencar menjadi pembahasan dalam Quadrilateral Security Dialogue (QSD) yang beranggotakan empat negara yakni AS, Australia, Jepang dan India.
Dengan keberpihakan India kepada AS maka penolakan terhadap OBOR merupakan gambarakan akan kekuatan hegemoni AS dalam membendung pengaruh strategis kekuatan ekonomi dan militer Tiongkok dibalik mega proyek tersebut. Forum QSD menjadi simbol kekuatan sekutu baru AS di Asia guna mengamankan zona perairan samudera Hindia dari cengkraman geostrategi Tiongkok. (SON)
