Megawati Ingatkan Urgensi Menjunjung Moral dan Etika dalam Pemilu

0

Jakarta, Teritorial.com — Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya peringatan ulang tahun Partai Demokrati Indonesia Perjuangan (PDIP) hari Rabu (10/1) tidak dilangsungkan secara besar-besaran dan megah, tetapi secara sederhana di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Jakarta. Pidato politik yang disampaikan sang ketua umum, yang juga mantan presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri, juga tidak berapi-api, dan cenderung normatif.

Dengan mengangkat tema “Satyam Eva Jayate” atau “Kebenaran Pasti Menang,” Megawati bicara soal pelaksanaan hukum dan kekuasaan saat ini, yang sedianya tidak melebihi kedaulatan rakyat. Ia mengajak seluruh kader partainya untuk memperkuat kedekatan dengan rakyat, yang “merupakan inti kekuatan partai” berlambang kepala banteng itu dan tidak hanya melihat sosok calon presiden tapi juga hati dan pikirannya saat menggunakan hak pilih pada tanggal 14 Februari nanti.

“Pemilu bukanlah alat elit politik untuk melanggengkan kekuasaan dengan segala cara. Di dalam pemilihan umum, ada moral dan etika yang harus dijunjung tinggi. Kekuasaan itu tidak langgeng, yang langgeng itu Yang Di Atas (Allah). Kekuasaan akan berhenti, apapun jabatannya,” katanya.

Megawati menyoroti kegelisahan warga karena meningkatnya beragam intimidasi menjelang hari pemungutan suara. Ia tidak merinci intimidasi yang dimaksudnya, tetapi menyampaikan rasa syukur dengan besarnya kekuatan masyarakat madani yang berani menyuarakan hati nurani mereka dan mengecam intimidasi yang terjadi.

Secara khusus Megawati menyerukan kepada aparatur negara, TNI dan Polri, untuk menjaga netralitas mereka. Sejumlah purnawirawan jendral secara terang-terangan telah menunjukkan dukungan politik mereka kepada tiap-tiap calon presiden. Megawati juga meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) diminta untuk selalu menekankan kebenaran dalam pemilu.

Pemilu 2024, Ujian PDI-Perjuangan

PDI-Perjuangan adalah partai yang meraih suara terbanyak dalam dua pemilu terakhir, tahun 2014 dan 2019. PDI-Perjuangan, yang mengusung Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai calon presiden dan calon wakiol presiden mereka, meraih 26.681.471 suara atau 18,95% suara sah dalam pemilu tahun 2014.

Perolehan suara itu melonjak pada pemilu tahun 2019, menjadi 27.053.961 atau 19,33% suara sah. Ketika itu PDI-Perjuangan mengusung Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin.

Pemilu tahun 2024 ini dinilai banyak kalangan sebagai salah satu ujian terberat kepemimpinan Megawati sebagai ketua umum. Tidak saja untuk mencapai target memenangkan pemilu presiden dan pemilu legislatif sebagaimana dua pemilu sebelumnya, tetapi juga menjaga keutuhan partai pasca-pemilu.

Ini erat kaitannya dengan sikap Presiden Jokowi, kader partai yang dua kali diusung PDI-Perjuangan sebagai calon presiden mereka, tetapi kini mengisyaratkan dukungan kepada calon presiden lain. Langkah yang langsung diikuti oleh menantunya, Bobby Nasution.

Belum lagi pilihan putra Jokowi, Kaesang Pangarep, yang beralih ke Partai Solidaritas Indonesia PSI, dan tentunya yang juga masih melekat kuat di ingatan publik adalah keputusan putra lain Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi cawapres Prabowo Subianto setelah melalui putusan Mahkamah Konstitusi yang kontroversial. Prabowo-Gibran kini berhadapan langsung dengan capres-cawapres PDI-Perjuangan saat ini : Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

Pidato Politik Megawati Dinilai Normatif

Pengamat politik yang juga pendiri “Lingkar Madani” Ray Rangkuti mengakui pidato politik Megawati pada HUT PDI-Perjuangan kali ini berbeda dengan pidato-pidato sebelumnya yang cenderung kritis dan menyerang Presiden Jokowi. Pidato Megawati kali ini cendrung normatif.

“Pertanyaannya mengapa ibu Mega berpidato normatif? Ya karena mereka sudah melupakan persoalan mereka dengan Pak Jokowi. Mereka sudah konsolidasi, solid, dan sekarang lebih bergembira,” ujarnya.

Pisah Jalan dengan Jokowi, Elektabilitas PDI-Perjuangan Tetap Stabil

Setelah berpisah jalan dengan Jokowi, menurut Ray kini ada tiga tahapan yang harus dijalankan PDI-Perjuangan.

“Tahapan pertama adalah mengonsolidasi secara internal. Dalam konteks konsolidasi itulah mereka harus tetap bersuara keras kepada Pak Jokowi. Kenapa? Supaya warga PDI-P yang separuh hatinya mungkin masih dengan Pak Jokowi, diingatkan bahwa sudah saatnya berpisah dengan Pak Jokowi. Jangan lagi bersikap romantis,” ujarnya seraya merujuk hasil survei yang menunjukkan tetap kuatnya elektabilitas PDI-Perjuangan selepas berpisah jalan dengan Jokowi.

Mulai November hingga Desember 2023 lalu, lanjut Ray, PDI-Perjuangan sebenarnya telah melakukan tahap kedua, yakni bergerak serempak meyakinkan masyarakat bahwa mereka tidak sedang mengganggu program-program pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dilanjutkan tahap ketiga pada Januari hingga Februari nanti, dengan mempersilahkan publik menilai siapa yang layak melanjutkan program-program Jokowi.

Sejauh ini tingkat elektabilitas PDI-Perjuangan relatif stabil di rentang angka 16 – 20 persen. “Sumbangan” suara Jokowi pada elektabilitas ini tidak lebih dari dua persen, ujar Ray. Suatu hal yang menunjukkan partai tersebut memiliki basis dukungan yang kuat, tambahnya.

Lebih jauh Ray Rangkuti mengatakan pasangan capres-cawapres yang selalu bersaing sengit dalam hampir semua jajak pendapat, yaitu Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran, kelihatannya sama-sama sudah memahami bahwa pilpres akan berlangsung dua putaran.

Jokowi Tak Diundang

Peringatan HUT PDI-Perjuangan dihadiri oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan sejumlah menteri, calon presiden Ganjar Pranowo dan sejumlah tokoh lainnya. Sementara calon wakil presiden Mahfud MD hadir secara virtual.

Presiden Joko Widodo, yang hingga laporan ini ditulis masih merupakan kader partai itu, tidak hadir karena sedang melawat ke Filipina dan beberapa negara ASEAN. Namun sebelumnya Jokowi telah mengatakan bahwa ia tidak diundang ke acara tersebut.

Share.

Comments are closed.