Dibalik Kemunculan Terminologi Indo-Pasifik

0

Didasari akan kepentingan keamanan kawasan, tepatnya 12 november 2017 di Manila, Quadrilateral Security Dialogue (QSD) digelar guna mempertemukan sejumlah pemimpin negara yang berpengaruh terhadap kepentingan Amerika Serikat (AS) yaitu India, Australia, dan  Jepang. Forum tersebut mengangkat Indo-Pasifik sebagai istilah baru yang tidak hanya menggantikan Asia-Pasifik secara penyebutan maupun cakupan geografis, namun juga perluasan aktor, power dan struktur di kawasan. Dengan tujuan untuk mendorong iklim kerjasama yang lebih terbuka di kawasan, AS sebagai inisiator menekankan bahwa Indo-Pasifik merupakan tahap awal menuju transformasi geopolitik di kawasan.

Untuk pertama kalinya, istilah Indo-Pasifik diperkenalkan oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada forum QSD pertama tahun 2007. Namun belum menjadi konsren utama, maka hal tersebut tidak banyak mendapatkan respon positif dari negara-negara peserta QSD pada saat  itu, terutama Australia yang secara terang-terangan menolak usulan Perdana Menteri Jepang tersebut.  Berakhir dengan penolakan di awal,  istilah Indo-Pasifik semakin populer dikalangan akademisi dan pengamat, meskipun penggunaan Asia-Pasifik tetap mendominasi arah kebijakan seluruh negara terutama presiden AS Barack Obama (Pitter, 2017).

Rebalance of Asia tidak lain merupakan upaya perwujudan kembali stabilitas hegemoni AS ketika Asia-Pasifik menjadi The Pivot Area, dengan adanya kebangkitan Tiongkok. Tekanan politik serta urgensitas permasalahan yang dihadapi  di era Trump, khususnya dalam menindaklanjuti kepentingan AS dikawasan, Indo-Pasifik dihadirkan sebagai kerangka berfikir dimana perlu ada nuansa transformasi politik, kekuasaan dan aktor di kawasan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Menteri Sekretaris AS Negara Rex Tillerson dan Dewan Penasehat Kemanan  AS, H.R. McMaster yeng telah sejak awal menggunakan istilah Indo-Pasifik untuk merujuk pada apa yang sebelumnya dikenal dengan Asia­-Pasifik (Pitter, 2017).

Dalam sudut padang geopolitik, faktor geografis tentunya mempengaruhi prilaku negara yang dalam hal ini distribution of power. Dimana pembentukan kebijakan politik luar negeri mempertimbangkan pada pola interaksi antar negara, sejauh eksistensi negara tersebut hadir dan memberikan pengaruh (Jones, Jones, & Woods, 2004). Sebagai inisiator QSD, AS mencoba menerjemahkan asumsi geopolitik tersebut, dengan mempertemukan India dan Jepang dalam satu forum. QSD menghantarkan pada agenda seting yakni mengikutsertakan faktor geografis seperti halnya India yang merupakan representasi  dari kekuatan di  samudra Hindia. Melibatkan India dalam QSD, sama halnya menghadirkan aktor baru, guna menuju unifikasi kekuatan antara dua samudera yakni Pasifik dan Hindia. Australia yang bersinggungan langsung dengan samudera Hindia, menjadi layaknya penghubung dalam arti geografis antara AS, Jepang dan India. Melalui sudut pandang geopolitik, terminologi Indo-Pasifik merupakan bentuk rekonsiliasi power di kawasan, dengan melebur dua “fitur” geografis yang berbeda namun dalam mekanisme keamanan yang sama (Godbole, 2017).

Eksistensi India dalam persoalan kemanan maritim menjadi perhatian AS, dimana walaupun secara geografis tidak bersentuhan langsung, namun India tetap berkepentingan terhadap keamanan maritim di Pasifik Barat. Lebih dari 50% total perdangan India melintas sepanjang selat Malaka, Laut Cina Selatan menuju Korea Selatan, Jepang, Rusia bahkan AS, dan negara-negara Amerika Latin (Godbole, 2017). Tidak berhenti pada pembahasan ekonomis, terminologi Indo-Pasifik kemudian mengarah pada restrukturisasi power di kawasan, ketika upaya balancing power terhadap Tiongkok menjadi jawaban atas pentingnya keterlibatan India. AS berkepentingan atas India untuk berperan lebih dalam menjaga stabilitas kemanan kawasan.  Keberadaan India mendesak Tiongkok untuk tidak lagi sepenuhnya menjadi aktor tunggal dalam dinamika politik di Asia. Dengan kata lain terminologi Indo-Pasifik menyimpan pesan tersirat dari AS guna menghadirkan polarisasi baru melalui pengakuan terhadap eksistensi India (AsiaTimes, 2017).

Namun di saat yang bersamaan Tiongkok juga menaruh perhatian lebih terhadap India, terkait mega proyek One Belt One Roots (OBOR). Dengan keberpihakan India, maka secara otomatis Tiongkok dapat membuka jalur logistik darat hingga menghubungkan Asia Tengah yang dilanjutkan ke Eropa dan Timur Tengah. Secara geopolitik India sekarang ini tengah menempati posisi yang strategis baik oleh AS, maupun Tiongkok. Menyandang gelar emerging power di kawasan, tentunya Tiongkok membutuhkan India sebagai buffer zone, dimana banyak kepentingan Tiongkok baik di bidang ekonomi maupun keamanan akan sangat bergantung kepada India yang juga berpengaruh besar terhadap situasi keamanan di samudera Hindia. Perencanaan rute maritim OBOR yang nantinya diproyeksikan akan melintasi samudera Hindia tentunya mengharuskan Tiongkok guna melakukan penjajakan kerjasama yang lebih komperhansif kepada India (Escobar, 2017). Hal tersebut diperkuat faktor geografis, dimana  sebagai aktor tunggal, India seakan mutlak berhak atas samudera Hindia. Namun begitu, India tetap berpengang terhdap norma-norma hukum internasional yang berlaku, serta menghendaki terbentuknya inklusifitas antar negara-negara di kawasan untuk bersama-sama menciptakan stabilitas keamanan dan menghindari persengketaan kepentingan antar negara di dua wilayah perairan tersebut (Vijay & Sakhuja, 2014).

Terlepas dari kepentingan hegemoni AS dibalik terminologi Indo-Pasifik, keikutsertaan India dalam QSD dianggap sebagai sebuah upaya jangka panjang menjaga stabilitas keamanan kawasan. Melalui terminologi Indo-Pasifik, eksistensi India diharapkan mampu mendorong tatanan kawasan yang inklusif bagi kepentingan jangka panjang semua negara di kawasan. Indo-Pasifik, hendak menjawab fakta akan kekhawatiran semua aktor utama di Pasifik dan Samudera Hindia untuk tidak terjadi tumpang-tindih kepentingan sebagaimana yang terjadi di LCS. Tidak berada pada pihak yang secara langsung berseberangan kepentingan dengan Tiongkok, namun India memahami bahwa forum QSD hingga terminologi Indo-Pasifik berupaya meredam agresifitas militer Tiongkok melalui cara yang persuasif dengan menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang menjamin masa depan setiap negara (Michel & Passarelli, 2014).

Keterlibatan India sebagai langkah restrukturisasi power tentu dengan memperhatikan beberapa isu penting, 1), fokus pada modernisasi militer Tiongkok, dimana peningkatan Angkatan Laut Tiongkok dianggap berbahaya dengan beberapa kali menghadirkan acaman bagi kemanan kawasan sebagaimana yang terjadi di LCS. 2), pentingnya India sebagai aktor yang bertanggungjawab atas Sea Line of Communication (SLOC) yang menghubungKan samudera Pasifik dan Hindia. 3), mencegah meluasnya persengketaan teritorial dampak dari konflik LCS. 4), Indo-Pasifik sama halnya dengan menjadikan India sebagai aktor yang berpengaruh terhadap arsitektur keamanan kawasan (Medcalf, Heinrichs, & Jones, 2011). Tidak secara eksplisit didesain layaknya aliansi pertahanan, namun keberadaan AS, India, Jepang Australia dalam terminologi Indo-Pasifik merupakan strategi prefentif terhadap ancaman keamanan di kawasan dengan tidak membiarkan Tiongkok menjadi aktor dominan di kawasan.

Sony Iriawan – Alumnus Universitas Pertahanan Indonesia, Pemerhati Studi Keamanan Internasional dan Geopolitik Asia Pasifik.

Referensi

  • AsiaTimes. 2017, November 9. Indo­Pacific’ is new US name for Asia in slap at China, Asia Times. Retrieved from sia Times: http://www.atimes.com/article/indo­-pacific-­new­-us­-name­-asia-­slap-­china/
  • Escobar, P. 2017, Desember 7. The New Great Game moves from Asia­Pacific to Indo­Pacific. Retrieved from Asia Time: http://www.atimes.com/article/new-­great-­game-­moves-­asia-­pacific-­indo-­pacific/
  • Godbole, A. 2017, Desember 9. What is Indo­Pacific and what is it not? Retrieved from Asia Times: http://www.atimes.com/indo­-pacific-­india-­ocean/
  • Jones, M., Jones, R., & Woods, M. 2004. An Introduction to Political Geography : Space, place and politics. London : Routledge.
  • Medcalf, R., Heinrichs, R., & Jones, J. 2011. Crisis and Confidence: Major Powers and Maritime Security in Indo-Pacific Asia. Sydney : Lowy Institute for International Policy.
  • Michel, D., & Passarelli, R. 2014. Sea Change: Evolving Maritime Geopolitics in the Indo-Pacific Region . Washington, D.C.: Stimson Center.
  • Pitter, R. 2017, Oktober 13. The Indo­Pacific: Defining a Region. Retrieved from worldview.stratfor.com : https://worldview.stratfor.com/article/indo-­pacific-­defining-­region
  • Vijay, R. K., & Sakhuja. 2014. Indo-Pacific Region: Political and Strategi Prespective. New Delhi: Indian Council of World Affairs.
Share.

Comments are closed.