Mengulas Peluang Strategis Indonesia Dibalik Kunjungan Menhan AS

0

Berbagai tanggapan mulai membanjiri rencana kunjungan Menteri Pertahanan  Amerika Serikat (AS)  James Mattis ke Indonesia  yang dijadwalkan tiba hari ini senin 22 – 23 Januari 2018. Lawatannya ke Indonesia guna bertemu langsung dengan Menteri  Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu.

Praktis kehadiran Menhan AS tersebut membuka peluang Indonesia menjadi tuan rumah forum bilateral Indonesia-AS. Dari keterangan  juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir (Tata), Jumat (19/1/2018), forum pertemuan bilateral Menhan AS dan Menhan  RI akan didominasi oleh pembahasan mengenai prospek kerjasama dua negara dalam bidang pertahanan dan keamanan.

Adapun yang nantinya harus menjadi perhatian khusus pemerintah Indonesia dalam forum bilateral tersebut adalah mekanisme kerjasama yang  lebih fair dan setara. Sekalipun dengan negara Superpower tunggal dunia seperti AS, Indonesia tidak boleh berposisi lebih rendah  dalam setiap pengambilan keputusan.

Pembahasan mengenai prospek peningkatan kerjasama pertahanan dan keamanan, tentunya merupakan kepentingan ke dua negara, jika  nanti penekanannya cenderung kepada pengadaan alutsista sebagaimana yang biasa dilakukan oleh AS terkait jual beli senjata  kepada Indonesia. Diharapkan dalam melihat hal tersebut, Indonesia tidak hanya berpatokan pada perhitungan untung rugi namun  lebih dari itu adalah menyasar pada manfaat strategis apa yang bisa didapat dari AS.

Selain kebijakan global perang melawan terrorisme, AS dewasa ini juga tengah mengupayakan “lompatan” strategis dengan  mengkampanyekan istilah Indo-Pasifik sebagai transformasi geopolitik kawasan dengan perlahan meininggalkan Asia-Pasifik tidak hanya secara penamaan semata, namun juga faktor geografis, rekonsiliasi kekuatan baru dengan masuknya India, hingga  perubahan arsitektur keamanan kawasan, dimana sebelumnya didominasi pertarungan strategis AS-Tiongkok.

Pemerintah Indonesia diharuskan untuk secara jeli melihat manuver AS dengan tidak hanya dipandang sebatas wujud peningkatan  kerjasama dua negara. Kembali kepada pembahasan mengenai forum bilateral yang nantinya akan dilaksanakan, berbagai pertimbangan  baik internal maupun eksternal harus mengarahkan forum bilateral tersebut memenuhi kepentingan nasional Indonesia.

Internal Indonesia sendiri saat ini Kemhan tengah mengupayakan pemenuhan target Renstra 30% pencapaian Minimum Essential Force  (MEF) jilid II. Disamping itu Modernisasi Alutsista yang dilakukan Indonesia juga menyasar pada peningkatan kepabilitas  Industri Pertahanan dalam negeri, sebagaimana yang disampaikan oleh Menhan RI dalam Rapim Kemhan 2018 beberapa waktu lalu.

Dengan demikian, yang seharusnya menjadi pertanyaan adalah apakah dengan kedatangan Menhan AS ke Indonesia melalui agenda  peningkatan kerjasama pertahanan keamanan tersebut akan memberikan dampak positif bagi Indonesia ?, dan bagaimana hal tersebut  mendorong pencapaian MEF jilid II, kemudian apakah kerjasama yang nantinya akan disepakati akan mendongkrak kemampuan Industri Pertahanan dalam negeri atau justru malah sebaliknya?

Kemudian dari sisi eksternal, tentunya banyak faktor yang harus dikaji pemerintah Indonsia, selain faktor stabilitas keamanan  kawasan yang banyak dipengaruhi oleh pesaingan strategis AS-Tiongkok, hingga tranformasi geopolitik kawasan yang diusung AS  melalui konsep Indo-Pasifik. Indonesia juga harus melihat pergolakan yang terjadi mulai dari Tour Perdana Menteri Israel  Benjamin Netanyahu di Asia, Polemik yang terjadi di Timur Tengah, sampai tutupnya pemerintahan AS sejak Sabtu (21/1/2018).

Pertimbangan terhadap sejumlah faktor eksternal tersebut tentunya mengarahkan pada bargaining position Indonesia dimata negara  Adidaya tersebut. Kecapakan negeri ini dalam membaca situasi ditengah pergolakan politik internasional, memungkinkan Indonesia berada pada posisi yang tepat dalam merumuskan kebijakan terutama dalam peningkatan kerjasama  pertahanan dan keamanan dengan AS.

Meniti peluang Indonesia dalam “Free Open Indo-Pasifik Region” menjadi keutamaan dalam membangun berbagai bentuk prospek kerjasama dengan AS. Terlebih hal tersebut didukung dengan letak strategis geografis Indonesia yang menghubungkan Samudera Pasifik dan Hindia. Tidak hanya membuka peluang kerjasama ekonomi, peran serta Indonesia di dalamnya juga bertanggungjawab atas penciptaan stabilitas keamanan kawasan, guna menepis kekhawatiran terhadap apa yang terjadi di Laut Cina Selatan.

Dengan begitu bargaining position Indonesia  akan sangat berpengaruh terhadap tingkat drajat ketergantungan Indonesia terhadap AS. Mengacu pada keuntungan strategis yang didapat melalui kerjasama dengan AS, berguna untuk menunjang peluang Indonesia baik dilevel kawasan maupun global.

Sony Iriawan S.IP, M.Si (Han) Pemerhati Studi Keamanan Internasional dan Geopolitik di Indo-Pasifik.

Share.

Comments are closed.