JAKARTA, Teritorial.com – Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS) diperkirakan capai 33,1%. Tingginya ekonomi AS karena karantina wilayah di kuartal II-2020 sudah dibuka. Secara yoy pertumbuhan ekonomi AS masih terkontraksi sebesar 2,9% membaik dari kontraksi 9% yoy di kuartal II.
“Ke depan kami melihat pemulihan ekonomi di AS masih akan terus berlangsung didorong oleh kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif meskipun masih akan dibayang bayangin oleh infeksi Covid yang meningkat kembali,” kata Ekonom Bank Standard Chartered Aldian Taloputra saat dihubungi di Jakarta, Senin (2/11/2020).
Hal ini tentunya berpengaruh kepada ekonomi Indonesia mengingat AS merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua setelah Tiongkok.
“Kebijakan moneter AS yg akomodatif ini juga akan menjaga likuiditas global tinggi dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah,” ujar dia.
Dihubungi terpisah, Peneliti Indef Nailul Huda mengatakan bangkitnya ekonomi AS pada kuartal III 2020 tidak terlepas dari bantuan pemerintah AS yang mengucurkan dana hingga USD 3 triliun. Langkah ini juga merupakan langkah politis dari Trump yang tengah menghadapi pemilihan presiden. Jadi segala upaya dilakukan Trump untuk membuat ekonomi AS membaik.
“Selain ditunjang dari program pemerintah, ekonomi AS ditunjang oleh membaiknya ekonomi China yang sudah pulih akibat dari pandemi,” kata Huda.
Laju ekspor impo AS-China yang besar membuat ketika perekonomian China pulih karena percepatan ekonomi di AS juga meningkat.
Namun menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan negara yang tidak terlalu dipengaruhi oleh perdagangan luar negeri ekspor impor.
“Ekonomi kita banyak dipengaruhi oleh konsumsi domestik. Maka perbaikan ekonomi China dan AS tidak berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi kita,” tegas Huda.