TERITORIAL.COM, JAKARTA — Di tengah gaya hidup digital yang serba cepat, sejumlah kebiasaan sehari-hari ternyata dapat merusak kualitas hidup tanpa kita sadari.
Para ahli kesehatan mental menegaskan bahwa kebiasaan seperti mindless scrolling hingga mengabaikan kebutuhan diri dapat menimbulkan dampak negatif jangka panjang terhadap produktivitas dan kesejahteraan mental.
Salah satu kebiasaan yang paling sering dilakukan masyarakat modern adalah scrolling media sosial tanpa tujuan.
Para psikolog menyebut aktivitas ini sebagai pemicu utama turunnya kemampuan konsentrasi, karena saat seseorang terus menerima rangsangan cepat dari konten digital, otak cenderung mencari kesenangan instan dan akhirnya mudah jenuh.
Selain itu, scrolling berlebihan mendorong kecanduan dopamin, memicu rasa lelah, dan menciptakan fenomena brain fog, hingga mengakibatkan banyaknya waktu produktif yang berlalu tanpa hasil, sementara kondisi mental perlahan menurun.
Prokrastinasi Memperburuk Stres
Kebiasaan toxic kedua adalah menunda pekerjaan. Para pakar menegaskan bahwa prokrastinasi bukan hanya menumpuk tanggung jawab, tetapi juga meningkatkan tekanan psikologis.
Setiap tugas yang tertunda akan memicu rasa bersalah, stres, dan kecemasan yang semakin sulit diatasi seiring berjalannya waktu.
Membandingkan Diri secara Berlebihan
Selanjutnya, membandingkan diri dengan orang lain, terutama melalui media sosial, hingga sering membuat seseorang merasa tidak cukup baik.
Meskipun membandingkan diri merupakan hal yang lumrah, aktivitas ini dapat menggerus rasa percaya diri bila dilakukan tanpa kontrol. Pada akhirnya, individu lebih rentan mengalami kecemasan sosial dan perasaan tidak berharga.
Kurang Istirahat karena Handphone
Kemudian, kebiasaan begadang untuk menonton konten atau bermain handphone juga termasuk perilaku toxic yang berdampak besar.
Kurang tidur secara terus-menerus melemahkan sistem imun, mengacaukan emosi, dan menurunkan produktivitas harian, hingga kualitas hidup pun ikut menurun.
Tidak Adanya Batasan Personal, hingga Overthinking
Kebiasaan lain yang sering terabaikan adalah ketidakmampuan untuk menetapkan batasan. Banyak orang merasa wajib merespons pesan atau permintaan pekerjaan kapan pun.
Namun, pola ini hanya akan meningkatkan risiko burnout dan membuat seseorang kehilangan kendali atas energinya sendiri.
Selain itu, overthinking juga menjadi kebiasaan yang sangat merugikan. Ketika seseorang memikirkan masalah secara berulang tanpa solusi, tingkat stres meningkat dan kemampuan mengambil keputusan ikut melemah. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat menghambat perkembangan diri.
Terakhir, paparan konten negatif seperti berita ekstrem atau komentar toksik dapat mempengaruhi cara seseorang memandang hidup.
Konten bernada pesimis atau agresif berpotensi menurunkan suasana hati dan memperburuk kesehatan mental.
Pentingnya Mengubah Kebiasaan Sejak Dini
Para ahli menekankan bahwa masyarakat perlu mengenali pola kebiasaan toxic sebelum berdampak lebih jauh.
Dengan membatasi waktu layar, beristirahat cukup, memilih konten yang sehat, serta melatih mindfulness, seseorang dapat memulihkan kembali keseimbangan hidupnya.

