Sitaro, Teritorial.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut ancaman atau potensi tsunami yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Ruang masih ada.
Lembaga ini merekomendasikan jarak aman sejauh enam kilometer dari puncak Gunung Ruang hingga sebagian kecil sisi barat Pulau Tagulandang – sehingga warga yang berada di lokasi tersebut harus diungsikan.
Merujuk pada sejarah, erupsi gunung yang terletak di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, ini pernah memicu tsunami setinggi 24 meter dan menewaskan sekitar 400 orang pada 1871 lampau.
Adapun dalam perkembangan terbaru, PVMBG mencatat pergerakan erupsi Gunung Ruang masih akan terjadi lantaran aktivitas kegempaan belum stabil dan berdasarkan laporan di lapangan masih terjadi hujan abu serta endapan awan panas di area sekitar gunung.
Bagaimana erupsi Gunung Ruang berlangsung?
Ketua Tim Kerja Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, Heruningtyas, menyebut erupsi Gunung Ruang yang terjadi pada Rabu (17/04) sekitar pukul 20:15 WITA “sangat mendadak dan cepat sekali eskalasinya”.
Kronologinya, kata Tyas, dimulai dari gempa tektonik yang tercatat di Pulau Maluku, bagian barat Pulau Doi pada 9 dan 14 April 2024. Selanjutnya terjadi peningkatan aktivitas kegempaan yaitu vulkanik dalam -yang tercatat cukup signifikan mulai dari lima hingga 146 kali.
Rentetan kegempaan itulah, sambungnya, yang mendasari PVMBG menaikkan level atau status Gunung Ruang dari normal ke waspada.
“Kami menaikkan status Gunung Ruang pada 16 April 2024 pukul 10:00 WITA dengan memasukkan rekomendasi bahaya sejauh dua kilometer radius aman dari pusat aktivitas gunung.”
Kemudian pada 16 April, lanjutnya, PVMBG kembali mencatat erupsi sekitar pukul 13:37 WITA atau beberapa jam setelah menaikkan status Gunung Ruang menjadi waspada.
Namun, intensitas erupsi lemah dengan ditandai asap putih dari pusat aktivitas di daerah kawah yang dilanjutkan erupsi berikutnya pada pukul 21:45 WITA.
“Kemudian erupsi-erupsi ini terjadi cukup intens sehingga kami mempertimbangkan kenaikan level menjadi siaga pada pukul 16:00 WITA.”
Dari situ, PVMBG merekomendasikan radius aman bertambah menjadi empat kilometer dari pusat aktivitas kawah Gunung Ruang. Hal ini berdampak pada proses evakuasi warga desa yang tinggal di kaki gunung.
Letusan eksplosif Gunung Ruang, kata Tyas, berlanjut hingga Rabu (17/04) pukul 18:00 WITA dan yang “cukup besar erupsinya berlangsung pada pukul 20:15 WITA”.
Seismograf PVMBG mencatat kegempaan erupsi secara terus menerus dan gempa terasa dengan disertai gemuruh serta petir.
Fenomena gemuruh dan petir erupsi Gunung Ruang
Tyas menjelaskan gunung yang memiliki ketinggian 725 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini memiliki tipe letusan eksplosif. Itu artinya gunung ini berpotensi menghasilkan awan panas dan lontaran batu pijar setinggi 3.000 meter.
Di sosial media, beredar foto yang memperlihatkan dahsyatnya letusan Gunung Ruang. Semburan lahar berwarna merah menjulang tinggi yang disertai kilatan petir bertubi-tubi.
Menurut Tyas, fenomena gemuruh yang terdengar itu merupakan fenomena biasa yang terjadi ketika erupsi eksplosif berlangsung.
“Itu merupakan efek dari aktivitas gunung api yang sedang tidak stabil atau sedang berproses mengeluarkan magma dari dalam tubuh gunung api ke permukaan.”
“Yang kemudian menghasilkan suara-suara gemuruh dan ada kilatan petir. Tapi kilatan petir yang disebut petir vulkanik ini berbeda dengan petir klimatologis yang terjadi ketika hujan.”
“Kalau petir vulkanik terjadi di gunung-gunung yang sedang erupsi yang bertipe eksplosif. Petir ini merupakan sebuah pelepasan muatan listrik yang mana dari muatan listrik itu dikarenakan adanya kekuatan daripada erupsi eksplosif sehingga menghasilkan kilatan berupa petir.”
Potensi tsunami?
Pada Rabu (17/04) PVMBG lagi-lagi menaikkan status Gunung Ruang menjadi awas setelah terjadi erupsi besar pada dini hari.
Hal tersebut, kata Tyas, berpotensi menimbulkan tsunami yang bisa terjadi apabila material gunung jatuh ke laut yang disebabkan ketinggian muka laut naik.
Sebab merujuk pada sejarah Gunung Ruang yang erupsi pada 1871 memicu tsunami setinggi 24 meter dan menewaskan sekitar 400 orang.
“Rekomendasi kami dari status awas, jarak aman enam kilometer sehingga sebagian kecil Pulau Tagulandang di area barat harus diungsikan warganya,” jelas Tyas.
Proses evakuasi warga di Pulau Ruang dan sisi barat Pulau Tagulandang telah dilakukan kemarin malam.
Kendati demikian, dilaporkan terjadi hujan batu kerikil di Pulau Tagulandang yang merusak atap rumah penduduk setempat.
Selain hujan batu kerikil, juga ada hujan pasir yang melanda sisi barat Pulau Tagulandang yang membuat penduduk sekitar ketakutan. Selain itu RSUD dan sebuah lapas juga terkena dampak dan penghuninya harus diungsikan.
Sepanjang periode 1-17 April 2024 tercatat ada 1.439 kali gempa vulkanik dalam Gunung Ruang, 569 kali gempa vulkanik dangkal, dan enam kali gempa tektonik lokal. Adapun gempa tektonik jauh sebanyak 167 kali.
Ratusan orang diungsikan
Berdasarkan laporan Pusdalops BNPB dua desa di Pulau Ruang yang terdampak adalah Desa Pumpente dan Desa Patologi di Kecamatan Tagulandang.
Dampak erupsi, sebanyak 272 kepala keluarga atau 828 jiwa mengungsi dengan rincian 45 jiwa berada di Gedung BPU Kecamatan Tagulandang dan sebanyak 783 jiwa berada di rumah kerabat dan saudara di daratan Pulau Tagulandang.
Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) menetapkan Status Tanggap Darurat selama 14 hari terhitung mulai tanggal 16 – 29 April 2024.
BPBD Kabupaten Sitaro dan BPBD Provinsi Sulawesi Utara memberikan bantuan berupa 123 lembar tikar, 120 pcs selimut dan 400 lembar masker. BPBD melakukan Kaji cepat, evakuasi dan penyiapan sarana evakuasi di Kecamatan Tagulandang.
Sementara itu, pada Kamis (18/04), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan mengevakuasi 11.615 warga Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) ke Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) usai Gunung Ruang berstatus Awas (Level IV).
Mereka yang dievakuasi ialah warga yang berada di Kecamatan Tagulandang dengan radius enam kilometer.