Malang, Teritorial.com – Anugerah Pewarta Foto Indonesia tahun 2023 (APFI 2023) sudah digelar di kota Malang, tepatnya di Malang Creative Center.
Acara tersebut berlangsung dari tanggal 26 juni – 2 juli 2023 ini tidak hanya berisi pameran foto, tapi juga talkshow yang menghadirkan pemenang hingga juri dari ajang penghargaan tersebut.
Sejumlah narasumber mempresentasikan kisah di balik karya mereka. Foto yang ditampilkan memiliki tema yang sama, yakni Tragedi Kanjuruhan. Alasan dipilihnya peristiwa ini karena Tragedi Kanjuruhan merupakan fenomena memilukan yang kelak akan menjadi sejarah.
Kebetulan pewarta yang hadir memang berada di lokasi kejadian saat peristiwa terjadi. Salah satunya adalah Hayu Yudha Prabowo.
Saat itu ia diminta untuk meliput pertandingan antara Persebaya dan Arema, namun siapa sangka Hayu akan memotret hal di luar dugaannya.
“Saat itu saya mencari wifi karena harus segera menyetorkan foto ke atasan, tiba-tiba ada teman dari media yang berlari dan menyampaikan kejadian itu. Sontak saya bergegas ke lapangan untuk memeriksa kebenarannya,” jelasnya.
Banyak momen yang ia abadikan, mulai dari semburan gas air mata, aparat yang berusaha mengendalikan keadaan, hingga jenazah supporter yang tergeletak di lantai.
Besar perjuangan yang ia lakukan demi mendapat foto ini. Beberapa kali Hayu terkena gas air mata hingga kedua matanya perih.
Di tengah kekacauan tersebut, Hayu tetap professional menjalankan pekerjaannya. “Saya ingin menyebarluaskan informasi visual yang saya dapat, sehingga publik dapat mengetahui yang sebenarnya terjadi pada malam itu”, imbuhnya.
Kegigihannya membuahkan hasil, jepretannya berhasil membuatnya menjadi pemenang pada APFI 2023.
Pewarta lain yang juga ditugaskan untuk meliput tragedi kanjuruhan adalah Adhitya Hendra. Bedanya, ia mengabadikan suasana setelah peristiwa itu terjadi. Saat menjelaskan keadaan di Kanjuruhan kala itu, Adhitya tak mampu membendung air matanya. Dengan suara bergetar, ia mengungkap bagaimana kondisi stadion saat itu.
“Jadi saya berhenti dan mencoba masuk ke suatu lokasi yang merupakan tempat banyak korban berjatuhan.” Dilihat dari foto yang ia ambil, banyak properti berhamburan dan berserakan di tanah.
Hal yang dilakukan oleh para pewarta ini tentu menimbulkan pro dan kontra. Ada yang mendukung kebijakan media untuk menyebarluaskan foto guna memberi informasi, ada juga yang berpendapat bahwa ini adalah bentuk eksploitasi. Musibah dan kesedihan yang dialami orang lain tidak seharusnya menjadi konsumsi publik.
“Sebetulnya mengenai masalah ini selalu menjadi perdebatan yang tidak ada ujungnya. Di satu sisi teman-teman pewarta mendapat apresiasi karena menampilkan hal-hal yang signifikan berkaitan dengan manusia, di sisi lain memperoleh tanggapan sinis. Tetapi menurut saya, foto punya fungsi sebagai alat provokasi yang diharapkan bisa mengetuk emosi atau perasaan orang yang melihatnya,” ungkap Ng Swan Ti selaku perwakilan dewan juri APFI 2023.
Menurut dewan juri APFI 2023 itu, peristiwa menyedihkan lebih mendapat perhatian masyarakat juga memotivasi mereka untuk melakukan hal positif.